Pesona budaya dan inovasi genjot ledakan pariwisata di China

1 week ago 20

Nanjing (ANTARA) - Mengenakan qipao dan membawa kipas sulaman tangan, Lea Hoffmann, seorang pelancong asal Jerman yang menyukai budaya China, berjalan-jalan menyusuri jalan-jalan kecil kota air kuno Suzhou di Provinsi Jiangsu, China timur.

Berbeda dengan kebanyakan wisatawan biasa, Hoffmann menegaskan dirinya bepergian ke sana bukan untuk sekadar berfoto. "Saya ingin benar-benar melangkah masuk, merasakan pesona abadi budaya tradisional China," ujarnya, seraya menambahkan bahwa ini merupakan kunjungan pertamanya ke China.

Sentimen Hoffmann mencerminkan tren yang sedang berkembang seiring "China Travel" menjadi kata kunci populer (buzzword) global, yang menarik semakin banyak pengunjung dari luar negeri yang ingin menyelami warisan dan budaya negara yang dinamis tersebut, alih-alih sekadar mengunjungi tempat-tempat terkenal.

"Saya langsung terpikat oleh harmoni unik Suzhou, tempat kota-kota kecil kuno berdampingan dengan cakrawala modern," kata Hoffmann. Dia telah merencanakan perjalanannya dengan cermat bersama teman-temannya, dan menjadikan Suzhou sebagai destinasi wajib.

"Selanjutnya saya berencana untuk pergi ke Nanjing dan Xi'an, dan di sana saya pasti akan mencoba hanfu untuk pengalaman budaya yang lengkap," imbuhnya.

Menurut data resmi, di Shanghai saja, jumlah kedatangan wisatawan mencapai 4,16 juta pada paruh pertama tahun ini, dengan 3,83 juta pengunjung yang menginap, jauh melampaui angka yang tercatat tahun lalu. Platform perjalanan Trip.com melaporkan bahwa pemesanan di kota tersebut melonjak sekitar 85 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada musim panas tahun ini.

Matthew Stevens, seorang mahasiswa asing di Nanjing, Provinsi Jiangsu, mengatakan bahwa dirinya sedang bersiap untuk mengajak temannya dari Afrika Selatan yang akan datang ke China untuk menyaksikan keseruan Su Super League, liga sepak bola akar rumput yang sangat populer di Jiangsu.

"Pertunjukan, acara olahraga, pameran, kuliner, semua itu kini menjadi alasan bagi wisatawan internasional untuk datang ke China," tutur Hu Di, kepala agen perjalanan internasional yang berbasis di Suzhou. Hu mengatakan bahwa semakin banyak wisatawan asing kini memilih rencana perjalanan dengan banyak pemberhentian, menginap lebih lama, dan tur yang dirancang khusus berdasarkan preferensi pelanggan ketimbang paket perjalanan umum.

Di Xi'an, Provinsi Shaanxi, China barat laut, sebuah proyek pengalaman budaya bertajuk "Hari Terpanjang di Blok Tema Chang'an" (Longest Day in Chang'an Theme Block) menghidupkan kembali elemen-elemen Dinasti Tang melalui layanan penyewaan kostum, pertunjukan imersif, serta makanan dan kerajinan tradisional, yang menjadi sensasi di media sosial mancanegara.

"Kostum dan pemandangannya terlihat sangat luar biasa. Saya tidak sabar untuk pergi ke sana," ujar Hoffmann.

Kebijakan bebas visa China juga mendorong ledakan pariwisata di negara tersebut. Menurut Administrasi Imigrasi Nasional (National Immigration Administration/NIA) China, 76 negara kini menikmati akses masuk bebas visa unilateral maupun timbal balik, dengan program transit bebas visa diperluas ke 55 negara. Pada paruh pertama 2025, sebanyak 13,64 juta pelancong memasuki China tanpa visa, meningkat 53,9 persen (yoy).

Selain budaya, pengalaman berbasis teknologi juga menarik wisatawan. Di sejumlah perkemahan musim panas, headset realitas virtual (virtual reality/VR), pertunjukan cahaya drone, dan program kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) terbukti sangat populer. "Banyak mahasiswa asing terpesona oleh penerapan AI seperti sistem kemudi otonomos," kata Xu Zihui, seorang penyelenggara di sebuah institusi studi wisata di Jiangsu.

Zhou Zhanfeng, seorang staf di China International Travel Service Limited, menuturkan bahwa banyak pengunjung kini meminta tur ke pabrik kendaraan listrik dan perusahaan internet.

"Mereka ingin memahami kapasitas inovasi China dari dekat," katanya. Eksistensi teknologi global China yang semakin meningkat telah memicu rasa ingin tahu yang lebih besar di kalangan wisatawan serta meningkatkan kepercayaan terhadap produk-produk buatan China.

Tren ini juga membuat gebrakan dalam dunia belanja. Dari fesyen trendi hingga barang elektronik mutakhir, tren "Belanja di China" juga semakin populer.

Administrasi Perpajakan Negara (State Taxation Administration/STA) China melaporkan bahwa peluncuran layanan "pengembalian pajak instan" nasional tahun ini telah meningkatkan efisiensi sebesar lebih dari 40 persen, dengan lebih dari 7.200 toko bebas bea kini dibuka di seluruh penjuru China. Jumlah wisatawan yang mendapatkan manfaat dari pengembalian pajak meningkat 186 persen (yoy).

"Rantai pasokan manufaktur China yang lengkap menjamin kualitas dan harga yang kompetitif, sehingga membuat wisatawan mancanegara tertarik untuk membeli," ujar Zhang Chunlong, peneliti di Akademi Ilmu Sosial Provinsi Jiangsu.

Sementara itu, layanan-layanan pendukung bagi wisatawan mancanegara kian berkembang. Sebagai contoh, kompatibilitas kartu bank luar negeri kini semakin meluas, dengan sistem pembayaran seluler yang ditingkatkan untuk kartu bank internasional.

"Beberapa warga Jerman masih memiliki kesan yang ketinggalan zaman tentang China," kata Hoffmann. "Perjalanan adalah cara terbaik untuk mematahkan stereotipe. Saya harap dengan berbagi pengalaman saya, lebih banyak warga Eropa dapat menemukan China yang sesungguhnya, China yang brilian."

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |