Pemuda Gaza ubah kendaraan militer jadi sumber listrik

13 hours ago 2

Gaza (ANTARA) - Di antara puing-puing kawasan Tel al-Hawa di Gaza City barat daya, sebuah kendaraan lapis baja milik Israel yang terbengkalai kini memiliki fungsi tak terduga. Bertirai kain merah dengan tulisan "Stasiun Pengisian Daya", kendaraan tersebut menjadi sumber listrik yang langka di wilayah yang diselimuti kegelapan akibat konflik selama lebih dari dua tahun.

Yahya Khazeeq, seorang pria berusia 27 tahun yang kembali ke Gaza utara setelah melarikan diri ke selatan selama operasi militer Israel baru-baru ini, menemukan kendaraan tersebut saat berjalan melewati wilayah tempat tinggalnya yang hancur. Rumahnya hancur, dan, seperti ribuan warga lainnya, dia tengah mencari tempat berlindung dan cara untuk mencari nafkah.

"Kendaraan ini menjadi sumber ketakutan bagi warga Palestina selama serangan (militer Israel)," ungkap Khazeeq kepada Xinhua. Kendaraan lapis baja tersebut, katanya, menjadi saksi kematian, kehancuran, pengepungan, dan pengungsian di wilayah yang berulang kali menjadi sasaran sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023.

Seorang wanita Palestina berjalan melewati kendaraan tentara Israel yang ditinggalkan yang sekarang menjadi stasiun pengisian daya, di Kota Gaza, pada 30 November 2025. ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad

Bertekad untuk mengubah simbol perang menjadi hal yang berguna, Khazeeq menghabiskan waktu satu pekan untuk membersihkan kendaraan itu dari puing-puing. Menggunakan panel surya dan bahan-bahan lokal yang tersedia, dia mengubah kendaraan pengangkut berukuran panjang 9 meter dengan bobot 60 ton itu menjadi stasiun pengisian daya ponsel bertenaga surya.

"Tujuannya bukan hanya untuk mendapatkan penghasilan, tetapi juga memberikan secercah harapan bagi warga yang berbulan-bulan hidup tanpa listrik dan layanan dasar akibat kerusakan yang meluas, pemadaman listrik, dan kelangkaan bahan bakar," katanya.

Dulunya sebuah distrik modern dengan gedung-gedung pencakar langit, Tel al-Hawa telah mengalami setidaknya lima serangan militer Israel berskala besar, mengakibatkan sebagian besar wilayahnya hancur.

Otoritas kesehatan Gaza pada Rabu (3/12) mengatakan operasi militer Israel sejak Oktober 2023 telah menewaskan sedikitnya 70.117 warga Palestina dan melukai 170.999 lainnya, membuat tak terhitung banyaknya keluarga terpaksa mengungsi dan melumpuhkan infrastruktur dasar di wilayah kantong tersebut.

Sementara itu, pemerintah Palestina pada Rabu yang sama mengatakan rata-rata hanya 287 truk bantuan yang masuk ke Gaza setiap hari, jauh di bawah 1.000 truk yang diperlukan untuk mengangkut kebutuhan kemanusiaan dasar.

Seorang warga Palestina menggunakan sumber listrik di dalam kendaraan militer Israel yang terbengkalai, di Kota Gaza, pada 30 November 2025. ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad

Di seluruh Gaza, pos pengisian daya di luar ruangan (outdoor) kini menjadi hal biasa di tengah krisis listrik yang parah. Namun, hanya sedikit yang memiliki makna simbolis sebesar inisiatif yang dilakukan Khazeeq.

"Ide Khazeeq sederhana tetapi luar biasa. Mengubah kendaraan yang dulu menebar ketakutan menjadi layanan untuk masyarakat itu memberikan harapan," kata Mohammed Skeik, seorang warga yang mengantre di depan stasiun untuk mengisi daya ponselnya.

Bagi Om Ibrahim al-Jarou, yang terpaksa mengungsi dan tinggal bersama keluarganya di bangunan yang rusak tak jauh dari sana, stasiun itu meringankan perjuangan hariannya.

"Dulu, saya harus pergi jauh untuk mengisi daya ponsel atau senter. Melihat para pemuda mengubah sisa-sisa perang menjadi sesuatu yang bermanfaat memunculkan perasaan bahwa hidup dapat terus berlanjut, meski segala sesuatunya sulit," ujarnya.

Sementara itu, Nasser al-Atrash, mantan pegawai pemerintah yang baru saja kembali ke rumahnya yang rusak, melihat makna yang lebih luas dari stasiun tersebut.

"Ini mencerminkan kemampuan kaum muda untuk berinovasi," kata al-Atrash.

"Orang-orang di Gaza terbiasa menemukan solusi di tengah kondisi sulit. Proyek ini menghidupkan kembali sebagian lingkungan dan menciptakan ruang kecil bagi kenormalan di tengah kehancuran," imbuhnya.

Seorang warga Palestina menggunakan sumber listrik di dalam kendaraan militer Israel yang terbengkalai, di Kota Gaza, pada 30 November 2025. ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad

Khazeeq kini melatih kaum muda setempat untuk mengoperasikan stasiun pengisian daya tenaga surya, dan berharap dapat memperluas layanan untuk mengisi daya baterai, walkie-talkie, atau perangkat medis.

"Kami berharap ini dapat berkembang menjadi layanan lingkungan yang bermanfaat bagi lebih banyak orang," katanya.

Bahkan anak-anak tertarik pada kendaraan yang telah bertransformasi itu, rasa penasaran yang menurut Khazeeq merupakan bagian dari tujuannya. "Mereka melihat bahwa bahkan di tengah kehancuran, ada ruang untuk kreativitas," katanya.

"Penting bagi mereka untuk tahu bahwa kehidupan terus berlanjut dan inisiatif kecil bisa membawa perubahan," tambahnya.

Saat melihat lanskap yang hancur, Khazeeq merenungkan perjalanan kendaraan itu dari alat perang menjadi aset komunitas.

"Tank dan kendaraan lapis baja dulu membawa ketakutan dan kematian ke Gaza, tetapi sekarang kendaraan-kendaraan itu dapat memberikan bantuan, meskipun hanya untuk mengisi daya ponsel," tutupnya.

Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |