China: pengerahan rudal Jepang ke pulau dekat Taiwan picu ketegangan

1 week ago 13

Beijing (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri China menegaskan bahwa pengerahan rudal Jepang ke Pulau Yonaguni dekat Taiwan hanya akan meningkatkan ketegangan kawasan dan memperumit hubungan kedua negara setelah pernyataan Perdana Menteri Sanae Takaichi.

“Pengerahan senjata ofensif Jepang di kepulauan barat daya yang dekat dengan wilayah Taiwan milik China merupakan langkah yang disengaja untuk memicu ketegangan regional dan mendorong konfrontasi militer,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning.

Menteri Pertahanan Jepang Shinjiro Koizumi pada Minggu (23/11) mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan pengerahan rudal darat jarak menengah tipe 03 yang mampu mencegat pesawat dan rudal balistik di Pulau Yonaguni, yang hanya berjarak 110 km dari Taiwan.

Koizumi menyebut persiapan penempatan rudal tersebut “berjalan dengan mantap” dan menyatakan yakin keberadaan unit rudal itu dapat mengurangi kemungkinan serangan bersenjata terhadap Jepang.

Pulau Yonaguni, yang berjarak 2.000 km dari Tokyo, dihuni sekitar 1.700 penduduk lokal dan menjadi lokasi pangkalan Pasukan Bela Diri Jepang.

“Mengingat pernyataan keliru PM Jepang Sanae Takaichi tentang Taiwan, langkah ini sangat berbahaya dan seharusnya membuat negara-negara tetangga Jepang serta komunitas internasional waspada,” kata Mao Ning dalam konferensi pers di Beijing, Senin (24/11).

Ia mengatakan berdasarkan Perjanjian Potsdam, Jepang tidak diizinkan “mempersenjatai kembali untuk perang,” dan konstitusi Jepang juga menjunjung pasifisme.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, Jepang telah mengubah kebijakan keamanan dan pertahanannya secara drastis.

Jepang, ungkap Mao Ning, meningkatkan anggaran pertahanan setiap tahun, melonggarkan pembatasan ekspor senjata, mengembangkan senjata ofensif, dan berencana meninggalkan tiga prinsip non-nuklirnya.

Baca juga: China takkan biarkan militerisme Jepang bangkit lagi, kata Beijing

“Para provokator sayap kanan di Jepang berupaya melepaskan diri dari konstitusi pasifis, membangun kekuatan militer, dan menyeret Jepang menuju bencana,” tegas Mao.

Mao Ning juga menegaskan China tidak akan membiarkan kelompok sayap kanan Jepang memutar balik roda sejarah.

“Kami tidak akan pernah membiarkan kekuatan eksternal menguasai Taiwan milik China, dan tidak akan pernah membiarkan kebangkitan militerisme Jepang. China bertekad dan mampu mempertahankan kedaulatan nasional serta keutuhan wilayahnya,” ujarnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Jepang meningkatkan pengerahan militernya di Yonaguni dengan alasan kekhawatiran atas meningkatnya aktivitas China di kawasan tersebut.

Koizumi mengatakan penempatan rudal Jepang di Yonaguni tidak menciptakan ketegangan di kawasan, namun ia tidak menjawab pertanyaan mengenai peran Yonaguni dalam strategi pertahanan Jepang jika terjadi sesuatu di Taiwan.

Rudal tipe 03 disebut menggunakan radar phased-array untuk melacak hingga 100 pesawat tempur, rudal balistik, atau drone secara bersamaan. Setiap unit dapat menyerang hingga selusin target pada jarak sekitar 30 mil dari pantai Taiwan.

Yonaguni adalah titik ujung Kepulauan Ryukyu, rangkaian pulau yang membentang sekitar 1.200 km dari Jepang. Dua bulan terakhir, Korps Marinir AS telah mengirim pasokan medis dan peralatan tanggap bencana ke Yonaguni sebagai bagian dari strategi rantai pulau pertama.

Jepang dan AS juga mengoperasikan pangkalan militer besar di Pulau Okinawa di timur laut Yonaguni.

Pengerahan rudal itu kembali meningkatkan ketegangan China–Jepang, yang sebelumnya memanas setelah PM Takaichi pada 7 November 2025 mengatakan bahwa penggunaan kekuatan militer China terhadap Taiwan dapat “mengancam kelangsungan hidup Jepang.”

China menilai pernyataan itu sebagai indikasi Jepang mungkin akan melakukan intervensi bersenjata di Selat Taiwan.

Sebagai tanggapan, Beijing menangguhkan rencana pemulihan impor produk laut Jepang, membatalkan pertemuan pejabat tinggi, mengimbau warganya tidak bepergian atau belajar di Jepang, menghentikan rilis film Jepang, hingga berjanji akan membalas tegas jika Tokyo terlibat secara militer dalam urusan Taiwan.

China juga meningkatkan aktivitas militer, termasuk latihan Komando Teater Timur Angkatan Laut PLA pada Sabtu (22/11), serta latihan di Laut Kuning yang dimulai pertengahan November dan diperkirakan berlangsung hingga 7 Desember 2025.

Baca juga: China sebut rencana Jepang tempatkan rudal dekat Taiwan provokasi

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |