Perhimpunan Dokter Paru Minta Pemerintah Tak Abaikan Peningkatan Covid

1 month ago 14

Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama menyarankan pemerintah agar meningkatkan pemantauan kasus Covid-19 menyusul peningkatan kasus infeksi virus corona di negara-negara tetangga.

"Pemerintah harus terus meningkatkan surveilans epidemiologi untuk mengetahui jumlah kasus dan kematian serta pasien di pelayanan kesehatan," kata Tjandra dalam keterangannya, Rabu (4/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menyampaikan bahwa pemerintah juga perlu melakukan surveilans genomik untuk mengetahui varian atau sub-varian virus penyebab Covid-19 yang sedang beredar dan menginformasikannya kepada masyarakat luas.

Menurut dia, pemerintah bisa memanfaatkan kerja sama dengan ASEAN hingga WHO untuk memantau perubahan pola penyebaran Covid-19 di dalam negeri maupun di negara tetangga.

"Kita perlu menyadari bahwa Covid-19 memang masih ada di tengah kita. Kasusnya masih ada di berbagai negara, termasuk negara kita," katanya.

"Peningkatan kasus Covid-19 di beberapa negara tetangga perlu kita amati dengan cermat. Tentu tidak perlu panik, tetapi jelas harus waspada, tidak bisa diabaikan begitu saja," kata Tjandra.

Vaksinasi

Guna meminimalkan kemungkinan tertular Covid-19, ia mengatakan vaksinasi dianjurkan pada orang-orang dengan risiko kesehatan tinggi setahun sesudah vaksinasi terdahulu.

Dia juga menekankan pentingnya penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam upaya untuk menekan risiko penularan Covid-19.

"Ini akan meningkatkan daya tahan tubuh kita, baik menghadapi kemungkinan Covid-19 ataupun penyakit dan masalah kesehatan lainnya," kata dia.

Penjelasan Kemenkes

Sementara itu, Kemenkes menyebutkan pihaknya mempersiapkan fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) guna antisipasi kenaikan kasus Covid-19, dimana pada minggu ke-22 2025 tercatat ada sebanyak tujuh kasus terlapor.

Kabiro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes Aji Muhawarman menyebutkan positivity rate tertinggi pada 2025 tercatat pada minggu ke-19 yakni 3,62 persen.

"Fasyankes kami siapkan sesuai SE (Surat Edaran) yang sudah beredar," katanya di Jakarta, Rabu.

SE tersebut, kata dia, ditujukan bagi unit layanan kesehatan serta para pemangku kepentingan agar memantau perkembangan situasi dan informasi global terkait kejadian Covid-19 melalui kanal resmi pemerintah dan WHO.

Selain itu juga untuk meningkatkan kewaspadaan dini dengan memantau dan memverifikasi tren kasus ILI/SARI/Pneumonia/COVID-19 melalui pelaporan rutin Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR).

Aji mengatakan Kemenkes mengimbau publik untuk mencegah Covid-19 dengan memperkuat imunitas tubuh dengan pola hidup bersih dan sehat yakni konsumsi makanan bergizi, istirahat cukup, aktivitas fisik rutin, dan cuci tangan pakai sabun.

"⁠Gunakan masker jika sedang flu atau berada dalam kerumunan massa, terapkan etika batuk dan bersin," katanya.

Dia menambahkan jika sakit semakin berat segera ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat.

Belum ada larangan perjalanan luar negeri

Saat ini, kata Aji, ⁠belum ada kebijakan larangan perjalanan masuk dan ke luar negeri. Jika tidak mendesak, sebaiknya tidak melakukan perjalanan ke luar negeri dulu.

"Kalaupun harus ke luar negeri harus patuhi kebijakan atau prokes di negara tujuan," ucapnya.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menginformasikan sebanyak tujuh pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang terdata pada pekan lalu seluruhnya dilaporkan sembuh.

"Itu (tujuh pasien positif Covid-19) data minggu lalu. Semuanya sudah sembuh. Varian ini tidak menimbulkan keparahan dan kematian," kata Juru Bicara Kemenkes Widyawati di Jakarta, Selasa (3/6).

(gil)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |