NASA Temukan Planet Venus Kemungkinan Aktif Secara Geologis

3 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Analisis Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat, NASA, menunjukkan Venus kemungkinan masih aktif secara geologis. Hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science Advances pada 14 Mei 2025 ini menyatakan bahwa permukaan planet tetangga bumi yang lebih dekat dengan matahari itu masih dibentuk oleh aktivitas dari dalam, lebih dari 30 tahun sejak wahana Magellan memetakan permukaannya.

Para ilmuwan menemukan bukti adanya material panas yang naik dari interior Venus, sebuah indikasi bahwa proses geologi masih berlangsung di sana. Penemuan ini memperkuat dugaan bahwa Venus memiliki dinamika internal yang lebih mirip dengan Bumi dibanding yang sebelumnya diyakini, meskipun planet ini tidak memiliki sistem tektonik lempeng.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Penelitian ini memberikan wawasan baru dan penting tentang proses bawah permukaan yang mungkin saat ini masih membentuk permukaan Venus,” kata Gael Cascioli, ilmuwan dari NASA Goddard Space Flight Center yang memimpin studi ini, dikutip dari laporan Live Science.

Penelitian berfokus pada puluhan struktur berbentuk cincin besar di permukaan Venus yang disebut coronae. Struktur ini terbentuk saat batuan panas dari mantel dalam mendorong kerak ke atas dan kemudian permukaannya runtuh, membentuk pola melingkar. Cascioli dan timnya mensimulasikan skenario pembentukan coronae itu dan membandingkan hasilnya dengan data dari Magellan.

Hasil simulasi dan data asli cocok untuk sejumlah coronae hingga membuat para peneliti terkejut. “Kami nyaris tidak percaya dengan apa yang kami lihat,” ujar Cascioli kepada Scientific American.

Dari 75 coronae yang dianalisis, 52 di antaranya tampak berada di atas gumpalan mantel yang ringan. Temuan ini menandakan kemungkinan besar ada proses aktif yang sedang terjadi dan membentuk fitur-fitur tersebut.

“Kini kita bisa mengatakan kemungkinan besar ada berbagai proses aktif yang sedang berlangsung yang mendorong pembentukannya,” kata Anna Gülcher, ilmuwan planet dari Universitas Bern yang juga memimpin penelitian ini. “Kami percaya proses serupa juga terjadi di awal sejarah Bumi.”

Venus diketahui memiliki ratusan coronae, sebagian besar berada di wilayah dengan kerak yang tipis dan panas. Simulasi terbaru menunjukkan bahwa kerak Venus bisa retak atau mencair ketika ketebalannya mencapai sekitar 65 kilometer, bahkan bisa lebih tipis di banyak lokasi.

“Itu sangat tipis, mengingat kondisi ekstrem di planet ini,” tutur Justin Filiberto, Wakil Kepala Divisi Penelitian dan Eksplorasi Bahan Astromineral NASA, yang ikut menulis studi tentang kerak Venus.

Filiberto menjelaskan bahwa proses pelepasan atau pencairan kerak ini berperan dalam mengatur struktur permukaan Venus, serta dapat mendaur ulang air dan material lainnya ke dalam planet. Proses ini berpotensi memicu aktivitas vulkanik dan memengaruhi atmosfer Venus. “Ini mengatur ulang cara kerja geologi, kerak, dan atmosfer di Venus,” ucapnya.

Temuan ini menjadi dasar bagi misi-misi masa depan ke Venus yang akan mengumpulkan data langsung mengenai kerak dan geologi planet. Misi VERITAS milik NASA akan memetakan permukaan Venus dengan resolusi dua hingga empat kali lebih tinggi daripada sebelumnya. Sementara misi DAVINCI yang dijadwalkan meluncur pada 2029 akan meneliti atmosfer dan kimia permukaan Venus. Badan Antariksa Eropa juga merencanakan misi EnVision pada 2030 untuk melakukan pemetaan resolusi tinggi.

“Misi-misi ini akan memberikan tingkat detail yang dapat merevolusi pemahaman kita tentang geologi Venus dan implikasinya bagi Bumi purba,” kata Suzanne Smrekar, ilmuwan planet dari Jet Propulsion Laboratory dan salah satu penulis studi.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |