CANTIKA.COM, Jakarta - Dalam ulasan kesehatan atau Health kali ini, kita mengulik cara menerapkan mindful spending dengan teknik STOP dari psikolog. Tujuannya kita membelanjakan uang sesuai kebutuhan, bukan emosi semata.
Nah, sebelum sampai ke teknik STOP, kita segarkan dulu ingatan tentang apa dan penyebab emotional spending. Beberapa di antara kita pernah mengalaminya, bukan? Seperti namanya, emotional spending adalah membeli sesuatu berdasarkan kondisi emosi tidak stabil, misal saat marah, kesal atau cemas. Dan, acapkali diikuti rasa bersalah karena barang yang dibeli tidak related dengan kebutuhan.
Menurut psikolog klinis Disya Arinda, penyebab emotional spending saat melemahnya fungsi prefrontal cortex di otak.
"Jadi, saat stres atau cemas, area agmidala yang memang fungsinya adalah untuk mengontrol emosi terpicu lebih aktif, sementara prefrontal cortex jadi melemah," katanya dalam acara "Kredicourse Mind vs Money" di Jakarta, Selasa, 2 Desember 2025.
Fungsi dari prefrontal cortex adalah untuk mengambil keputusan, berpikir strategis, dan perencanaan. "Jadi otak logis kita seperti redup atau shutdown. Kita enggak bisa melakukan perencanaan atau pengambilan keputusan yang bijak. Di saat itulah, seseorang cenderung impulsif, menghindar kalau ada masalah atau mengambil keputusan jangka pendek," ungkapnya.
(dari kiri ke kanan) Disya Arinda, Psikolog Klinis, dan Indina Andamari, SVP Marketing & Communications Kredivo, dalam acara "Kredicourse Mind vs Money: Belajar Atur Mental sebelum Atur Pengeluaran" di Jakarta Pusat, Selasa, 2 Desember 202. Foto: CANTIKA/Silvy Riana Putri
Faktor dan Ciri Emotional Spending
Psikolog Diyas menyebutkan faktor emotional spending bisa datang dari tekanan sosial atau budaya komparasi. "Biasanya dipicu standar media sosial, standar pertemanan, atau budaya komparasi yang bisa menciptakan ilusi kebutuhan baru. Contoh, tetangga beli mobil keluaran terbaru, kita beli juga agar saat mengobrol berada di level yang sama," tuturnya.
"Atau tetangga menyekolahkan anaknya di sekolah X, padahal mungkin kita belum butuh untuk menyekolahkan anak di tempat yang sama persis karena kebutuhan anak berbeda, begitu juga value keluarga. Lagi-lagi itu biasanya dipicu ilusi kebutuhan agar merasa selevel," tambahya.
Maka dari itu, keputusan tersebut termasuk ciri emotional spending karena diambil saat tidak stabil. "Jadi sebenarnya itu cuma keinginan, tapi terkesannya seperti kebutuhan atau malah kewajiban," ungkapnya.
Selain tekanan sosial, faktor lain yang membuat prefrontal cortex melemah adalah paparan promo, dan FOMO yang memancing perilaku impulsif saat menggunakan uang.
Cara Menerapkan Mindful Spending dengan Teknik STOP
Agar kita terhindar dari emotional spending, cobalah menerapkan mindful spending. Ini merupakan cara mengelola uang dengan sadar, yaitu membuat keputusan belanja berdasarkan kebutuhan dan nilai pribadi, bukan karena tekanan sosial, atau emosi sesaat.
Menurut psikolog Disya, teknik STOP adalah salah satu cara efektif untuk menerapkan mindful spending. Teknik ini diadaptasi dari Dialectical Behavior Therapy (DBT), sebuah pendekatan psikologis yang membantu seseorang mengelola emosi ketika sedang tidak stabil atau mengalami disregulasi emosi.
Teknik STOP terdiri dari empat langkah sederhana, yaitu Stop, Take a Breath, Observe, dan Proceed.
1. Stop
Pada langkah pertama, kita perlu menghentikan aktivitas yang sedang dilakukan. “Contohnya, hentikan proses scroll atau kalau sedang memegang ponsel, letakkan dulu dengan posisi layar menghadap ke bawah,” kata Disya. Tujuannya adalah memutus otomatisasi impuls yang biasanya terjadi tanpa disadari.
2. Take a Breath
Langkah kedua adalah menarik napas dalam 3–5 kali. “Tindakan ini menurunkan impuls emosional dan mencegah kita mengambil keputusan impulsif. Misalnya saat mendengar penawaran ‘promo tinggal 2 menit lagi’, muncul dorongan untuk langsung membeli. Di momen itu, atur napas dulu dan tanya diri sendiri: kita benar-benar butuh atau cuma panik karena waktu?” jelasnya.
3. Observe
Step selanjutnya, mengamati emosi dan motivasi di balik keinginan belanja. “Apakah barang ini memang kebutuhan? Atau karena FOMO? Atau mungkin karena kebetulan baru dapat uang? Kita perlu observasi dulu apa yang sebenarnya kita rasakan,” ujar Disya.
4. Proceed
Langkah terakhir adalah memproses keputusan dengan lebih sadar. “Lanjutkan membeli hanya jika keputusan itu berasal dari kebutuhan, bukan emosi. Misalnya, ada diskon laptop dan spesifikasinya memang sesuai kebutuhan kamu, itu berarti keputusan yang rasional. Dengan cara ini, kita bisa membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan,” tambahnya.
Itulah tips sederhana menerapkan mindful spending yang dipaparkan oleh psikolog Disya. Semoga membantu Sahabat Cantika.
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika.

















































