Menteri Pertanian Jepang Mundur Usai Komentar Miring Tak Pernah Beli Beras

5 hours ago 1

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang, Taku Eto, resmi mengundurkan diri pada Rabu 21 Mei 2025 setelah pernyataannya soal tidak pernah membeli beras menuai kecaman luas dari publik dan parlemen.

Pernyataan tersebut dinilai tidak sensitif di tengah melonjaknya harga bahan pokok yang menjadi beban bagi masyarakat.

Eto menyampaikan komentar tersebut dalam sebuah acara pengumpulan dana politik pada Minggu (18/5). Dia menyatakan dirinya tidak pernah membeli beras karena selalu mendapatkannya dari para pendukung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Saya tidak pernah membeli beras. Pendukung saya memberi saya begitu banyak beras hingga saya memiliki lebih banyak dari yang bisa saya jual,” kata Eto, dikutip situs web NHK.

Pernyataan itu langsung memicu gelombang kritik, terutama karena masyarakat Jepang tengah menghadapi lonjakan harga beras dalam beberapa bulan terakhir. Sejumlah pihak menilai komentar tersebut menunjukkan ketimpangan sosial dan ketidaksensitifan pejabat publik terhadap kondisi rakyat.

Dalam konferensi pers usai menyerahkan surat pengunduran dirinya di kantor Perdana Menteri, Eto menyampaikan permintaan maaf dan menyatakan bahwa ia ingin bertanggung jawab atas ucapannya.

“Saya membuat pernyataan yang sangat tidak pantas di saat warga sedang menderita akibat melonjaknya harga beras,” ujarnya, seperti dinukil dari CNA.

Kepada kantor berita Kyodo, Eto mengatakan bahwa dirinya tidak lagi merasa pantas memimpin kementerian. “Saya bertanya pada diri sendiri apakah tepat bagi saya untuk tetap memimpin [Kementerian Pertanian] di saat harga beras sedang kritis, dan saya menyimpulkan bahwa tidak tepat,” katanya yang dikutip dari news sky.

Partai-partai oposisi seperti Partai Demokratik Konstitusional Jepang ikut menanggapi pernyataan Eto dengan keras. Mereka menyebut ucapannya sangat tidak pantas dan mempertanyakan kelayakannya sebagai menteri. Beberapa anggota parlemen bahkan mempertimbangkan untuk mengajukan mosi tidak percaya.

Harga beras di Jepang mengalami kenaikan tajam dalam beberapa bulan terakhir. Data pemerintah menunjukkan bahwa harga eceran beras di supermarket mencapai 4.268 yen (sekitar 468 ribu rupiah) per 5 kilogram pada minggu yang berakhir 11 Mei. Angka ini dua kali lipat dari harga tahun sebelumnya.

Pemerintah Jepang telah mengeluarkan stok beras darurat sejak Maret untuk mengendalikan harga, namun dampaknya dinilai minim. Banyak konsumen mulai beralih ke beras impor yang lebih murah. Perdana Menteri Shigeru Ishiba bahkan menyatakan bahwa harga beras seharusnya berada di kisaran 3.000 hingga 3.999 yen agar tetap terjangkau.

Dilansir dari nyseikatsu, hal ini berbanding terbalik dibandingkan dengan harga beras Jepang di luar negara tersebut. Contohnya di Amerika Serikat, berdasarkan laman nyseikatsu di New York, saat tengah inflasi yang masih berlanjut. Beras impor asal Jepang dijual di toko kelontong Jepang dengan harga mencapai 24 dolar atau sekitar 3.439 yen per 5 kilogram. Jenis beras yang dijual antara lain Koshihikari dari Prefektur Shiga, serta Nanatsuboshi dan Yumepirika dari Hokkaido.

Menanggapi pengunduran diri Eto, Perdana Menteri Ishiba menunjuk Shinjiro Koizumi sebagai Menteri Pertanian yang baru. Koizumi sebelumnya menjabat sebagai Menteri Lingkungan Hidup dan dikenal sebagai tokoh reformis.

“Koizumi memiliki pengalaman, wawasan, dan semangat untuk membawa reformasi di bidang pertanian dan perikanan,” kata Ishiba dalam pernyataannya.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |