TEMPO.CO, Jakarta - Memasuki Mei, semakin bertambah wilayah di Indonesia yang memulai musim kemarau. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG memperkirakan total sekitar 21 persen Zona Musim (ZOM) di wilayah Indonesia berada di awal musim kemarau, atau meningkat dari dua persen pada pertengahan April lalu.
"Kondisi ini menunjukkan bahwa potensi hujan semakin berkurang," kata BMKG dalam Prospek Cuaca Mingguan Periode 2-8 Mei 2025 yang diperbarui pada Kamis sore, 1 Mei 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejalan dengan itu, BMKG mengungkapkan, masyarakat di sejumlah daerah mulai mengeluhkan cuaca panas. Meskipun, BMKG juga menambahkan, pengamatan suhu udara maksimum di wilayah Indonesia secara umum masih berada di bawah 35,5 derajat Celsius.
BMKG menjelaskan, "Kelembapan udara yang masih relatif tinggi dan kecepatan angin yang cukup rendah membuat suhu udara terasa lebih tinggi daripada yang tercatat."
Tapi, jangan dulu abaikan kemungkinan hujan lebat. Hasil analisis dan prediksi dinamika atmosfer oleh BMKG menunjukkan masih adanya sejumlah faktor yang mendukung pembentukan awan hujan di sekitar wilayah Indonesia.
Data BMKG mengungkap dalam tiga hari terakhir, hujan dengan intensitas lebat masih terpantau di sejumlah wilayah, seperti yang tercatat di Riau (85 mm/hari), Sumatera Utara (59 mm/hari), serta Jambi dan Bangka Belitung (51 mm/hari). Hujan dengan intensitas sedang juga masih teramati di sebagian wilayah Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua Selatan.
Adapun untuk seminggu ke depan, BMKG memprediksi potensi hujan lebat masih ada di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Tapi ini hanya untuk periode 2-4 Mei. Sedangkan 5-8 Mei potensi itu nihil di seluruh wilayah Indonesia. Berbeda halnya dengan potensi angin kencang yang tersebar di NTT dan Maluku seminggu ke depan serta Jawa Barat, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Bali, dan NTB untuk periode 5-8 Mei.