TEMPO.CO, Jakarta - Penyidik Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejagung sudah memeriksa puluhan saksi dalam kasus dugaan korupsi pengadaan laptop berbasis sistem operasi Chromebook pada 2019–2022 di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi atau Kemendikbudristek. “Sudah 28 orang diperiksa,” ujar Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung Harli Siregar, Rabu, 28 Mei 2025.
Dari 28 orang tersebut, dua di antaranya staf khusus mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim yakni, Jurist Tan dan Fiona Handayani. Rumah Jurist dan Fiona juga sudah digeledah oleh penyidik Jampidsus Kejagung pada 21 Mei 2025. Dari penggeledahan tersebut, penyidik menyita laptop, telepon seluler, hard disk eksternal, flashdisk, dan 15 buku agenda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kasus ini naik ke tahap penyidikan pada 20 Mei 2025. Jaksa menduga ada pemufakatan jahat yang memaksakan pengadaan laptop berbasis sistem operasi Chromebook. Padahal jika mengacu pada hasil uji coba 1.000 unit laptop serupa pada 2018–2019, penggunaannya dinilai tidak efektif. Alasannya karena jaringan internet di Indonesia belum merata. Tim teknis kemudian merekomendasikan penggunaan laptop berbasis sistem operasi Windows. Namun rekomendasi itu tidak dijalankan, justru dibuat kajian baru yang mengunggulkan pengadaan Chromebook. Diduga penggantian spesifikasi hasil kajian itu bukan didasarkan pada kebutuhan yang sebenarnya.
Pengadaan laptop berbasis sistem operasi Chromebook ini merupakan bagian dari program digitalisasi pendidikan semasa Nadiem Makarim menjabat. Soal kemungkinan pemeriksaan Nadiem, Harli mengatakan hal itu tergantung pada kebutuhan penyidik.
Selama penyidik membutuhkan keterangan para pihak, maka yang bersangkutan akan dipanggil untuk dimintai keterangan. Program ini diketahui menelan anggaran hingga Rp 9,9 triliun, dengan dana alokasi khusus (DAK) mencapai Rp 6,3 triliun.
