Hari Raya Waisak 2025: Tema, Tujuan, Makna, hingga Tradisi

20 hours ago 5

TEMPO.CO, Jakarta - Waisak merupakan salah satu perayaan penting bagi para penganut agama Buddha. Hari raya ini menjadi momentum untuk memperingati tiga peristiwa penting sang Buddha Gautama, yaitu kelahiran, pencerahan (Satori), dan Parinirvana (wafat).

Dilansir dari berbagai sumber, mari simak informasi-informasi penting terkait Hari Raya Waisak 2025, mulai dari tema, tujuan, makna, hingga tradisi selama perayaannya.

Sejarah Singkat Hari Raya Waisak

Waisak merayakan Buddha Gautama, yaitu Guru Agung atau Guru Spiritual pada sekitar abad ke-5 SM. Juga dikenal sebagai Siddhartha Gautama, Buddha Gautama lahir sebagai seorang guru dan percaya bahwa kekayaan tidak akan menjamin kebahagiaan seseorang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat usia 29 tahun, Buddha meninggalkan istana dan bertapa demi mencari kebenaran yang sesungguhnya. Akhirnya pada usia 35 tahun, Sang Buddha mendapatkan pencerahan di bawah pohon Bodhi yang berada di Bodhi.

Pohon tersebut akhirnya menjadi tempat bersejarah bagi umat dan agama Buddha khususnya di India. Tak hanya itu, Sang Buddha juga mengajarkan seluruh ajarannya kepada umatnya yang biasanya dikenal sebagai Dharma atau ajaran Buddha. Sang Buddha juga terus menyebarkan ajarannya agar orang-orang paham dan tidak berada pada jalan kesesatan.

Lebih lanjut, konferensi pertama tentang Persekutuan Buddhis Sedunia (World Fellowship of Buddhists) diadakan di Sri Lanka pada 1950 untuk memutuskan perayaan Waisak sebagai hari lahir Buddha secara serentak di beberapa negara. Sementara itu, di Tanah Air, Hari Raya Waisak pertama kali dilaksanakan pada zaman Sriwijaya dan Majapahit.

Tujuan Hari Raya Waisak

Apa sebenarnya tujuan utama perayaan Waisak? Seperti yang disebutkan di bagian awal, Waisak menjadi momentum untuk mengingat kembali tiga peristiwa agung dalam kehidupan Sang Buddha.

"Waisak ini memperingati proses kelahiran, pencerahan, dan parinibbana (wafat) dari Siddhartha Gautama," ujar Pembimbing Masyarakat Buddha Kementerian Agama Jawa Tengah, Karbono, Kamis, 8 Mei 2025.

Perayaan tahunan ini juga menjadi kesempatan untuk refleksi diri dan memperkuat pribadi dengan nilai-nilai kebajikan, pengendalian diri, welas asih, serta turut memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sekitar.

Lebih lanjut, di samping menebalkan aspek spiritual, Waisak juga bertujuan untuk melatih diri dan memperkuat praktik dharma dalam hidup sehari-hari. Secara spesifik, umat Buddha diingatkan lagi untuk menghadirkan nilai-nilai Buddha dalam kehidupan nyata, menciptakan ruang pertemuan antara nilai spiritual dengan aksi sosial, antara sakralitas dan kemanusiaan.

Makna Perayaan Hari Raya Waisak

Apa makna dari tiga peristiwa agung dalam kehidupan Buddha bagi para pemeluk ajarannya? Penjelasan selengkapnya dapat disimak di bawah ini.

1. Kelahiran

Siddhartha Gautama lahir pada 423 SM. Perayaan Hari Raya Waisak menunjukkan pentingnya sebuah kehidupan. Selain itu, kelahiran Sang Buddha bisa menunjukkan perjalanan dari awal hingga pencerahan.

2. Pencerahan

Pencerahan atau penerangan agung merupakan titik balik dalam kehidupan Sang Buddha. Ia akhirnya menemukan kebenaran tentang kehidupan manusia dan ajaran keagamaan yang disebut dengan Dharma.

3. Kematian

Sang Buddha wafat pada 543 SM ketika menginjak usia 80 tahun. Saat sang Buddha meninggal, seluruh pengikutnya memberikan penghormatan terakhir kepadanya. Wafatnya Sang Buddha menegaskan bahwa kematian sejatinya merupakan bagian dari kehidupan manusia.

Tema Hari Raya Waisak 2025

Tahun ini, Hari Raya Waisak 2025 di Indonesia jatuh pada Senin, 12 Mei 2025. Perayaan ini ditetapkan sebagai salah satu hari libur nasional.

Di samping itu, setiap tahunnya, perayaan Waisak mengusung tema yang berbeda-beda. Tahun ini, berdasarkan situs resmi Walubi, Hari Raya Waisak 2025 mengangkat tema utama “Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan, Wujudkan Perdamaian Dunia” dengan subtema “Bersatu Mewujudkan Damai Waisak untuk Kebahagiaan Semua Makhluk”.

Adapun puncak acara Hari Raya Waisak di Indonesia tahun ini kembali digelar di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Di bawah ini merupakan rangkaian kegiatan Hari Raya Waisak di Candi Borobudur:

  • 4 Mei 2025: Karya Bakti Taman Makam Pahlawan Seluruh Indonesia
  • 10–11 Mei 2025: Bakti Sosial Pengobatan Gratis di Zona 2 Candi Borobudur
  • 10 Mei 2025: Api Dharma di Mrapen, Grobogan dan Ritual Pensakralan di Candi Mendut
  • 11 Mei 2025: Air Berkah Umbul Jumprit, Temanggung dan Ritual Pensakralan di Candi Mendut
  • 12 Mei 2025: Kirab Waisak Candi Mendut ke Candi Borobudur, Pelepasan Lampion Waisak, Detik-Detik Waisak, dan Pradaksina Candi Borobudur

Tradisi selama Perayaan Waisak

Umat Buddha memiliki beberapa tradisi yang umumnya dijalankan saat hari Waisak. Berikut penjelasan tentang sejumlah tradisi saat Hari Waisak.

1. Berdoa dan Merenung dengan Tenang

Selama perayaan Waisak, umat Buddha akan mengunjungi kuil-kuil lokal maupun kuil besar untuk berdoa. Mereka juga umumnya melakukan perenungan akan diri dan kehidupan secara tenang. Kuil-kuil dari berbagai wilayah biasanya memiliki program tersendiri untuk memperingati Hari Waisak.

2. Mengenakan Pakaian Putih

Meskipun tidak ada dress code khusus saat mengunjungi kuil di Hari Waisak, umat Buddha dianjurkan untuk memakai pakaian putih. Hal ini karena warna putih dianggap sebagai simbol kemurnian.

3. Menerapkan Kelima Sila

Lima sila yang dimaksud di sini meliputi tidak melakukan pembunuhan, pencurian, pelecehan seksual, berbohong dan mengkonsumsi minuman keras—yang sebenarnya sudah dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, umat Buddha juga diajarkan untuk menahan diri dari berbicara buruk tentang orang lain serta tidak terlibat dalam kegiatan negatif.

4. Menyalakan Lampu Minyak atau Lilin

Umat Buddha akan menyalakan lampu minyak selama Hari Waisak. Lampu minyak dianggap mengusir kegelapan dan juga melambangkan penerangan bagi kehidupan seseorang.

Untuk yang menggunakan lilin, lilinnya biasanya berbentuk bunga lotus. Bunga lotus melambangkan mekarnya keindahan dari dunia yang berantakan. Menurut mitosnya, Sang Buddha juga muncul secara magis dari bunga tersebut.

5. Mengibarkan Bendera Buddha

Bendera Buddha memiliki enam garis vertikal berwarna biru, kuning, merah, putih, dan oranye. Bendera ini dirancang oleh J.R. de Silva dan Kolonel Henry S. Olcott pada 1800-an.

Banyak kuil yang membagikan bendera secara gratis kepada para umat. Hal ini bertujuan agar para pengikut Buddha menggantung dan mengibarkannya di rumah selama hari Waisak.

6. Menawarkan Sedekah

Saat Waisak, umat Buddha menawarkan sedekah kepada para biarawan seperti makanan atau kebutuhan dasar dan persediaan medis. Para biku melakukan kegiatan makan hanya satu kali sehari (pada siang hari). Alhasil, banyak umat yang datang ke kuil menjadikan hari Waisak juga sebagai kesempatan relawan dalam persiapan makanan.

7. Mandi ‘Sang Buddha’

Umat Buddha yang mengunjungi kuil saat hari Waisak kerap melakukan ritual suci ini. Hal ini karena kegiatan tersebut dianggap mampu memurnikan hati dan pikiran dari keserakahan, kebencian, dan ketidaktahuan.

Meutia Murti Dewi, Khumar Mahendra, dan Pribadi Wicaksono berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor:  Suvenir Biksu Thudong
Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |