TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menyatakan rasa frustrasinya yang meningkat terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas genosida Gaza yang sedang berlangsung. Trump mendesak Netanyahu untuk "menyelesaikannya," menurut pejabat AS kepada Axios pada Selasa.
Pernyataan itu dilontarkan Trump setelah menyaksikan gambar-gambar penderitaan anak-anak Palestina di Gaza yang kini berada di ambang kematian karena kelaparan, usai Israel memblokade bantuan pangan selama hampir 3 bulan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Trump menginginkan gencatan senjata dan pengiriman bantuan yang cepat ke Gaza, seiring meningkatnya tekanan global terhadap Israel.
Pejabat AS dan Israel menyangkal bahwa Trump siap untuk "meninggalkan" Israel, atau bahwa ia memberikan tekanan kuat pada Netanyahu. Namun, mereka mengakui bahwa ada perbedaan kebijakan yang semakin besar antara Trump yang ingin mengakhiri perang dan Netanyahu yang memperluasnya secara besar-besaran.
"Presiden frustrasi dengan apa yang terjadi di Gaza. Ia ingin perang berakhir, ia ingin para sandera pulang, ia ingin bantuan masuk dan ia ingin mulai membangun kembali Gaza," kata seorang pejabat Gedung Putih.
Sejak lawatan Trump ke wilayah tersebut, AS telah mendesak Israel dan Hamas untuk menerima proposal baru yang diajukan oleh utusan Gedung Putih Steve Witkoff untuk kesepakatan pembebasan sandera dan gencatan senjata di Gaza.
Witkoff telah berbicara langsung dengan Netanyahu dan penasihat utamanya Ron Dermer, dan kepada pimpinan Hamas melalui jalur rahasia yang difasilitasi oleh pengusaha Palestina-Amerika Bishara Bahbah.
Negosiasi tersebut hanya menunjukkan sedikit kemajuan. Sementara itu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melanjutkan operasi untuk mengusir seluruh 2 juta warga Palestina di Gaza ke "zona kemanusiaan" dan meratakan sebagian besar wilayah kantong tersebut.
Kebuntuan dalam perundingan dan situasi di lapangan membuat Wakil Presiden JD Vance membatalkan rencana kunjungan ke Israel pekan ini. Keputusannya menjelaskan bagaimana perasaan AS tentang kebijakan Israel saat ini di Gaza.
Satu area di mana Trump telah memberi tekanan pada Netanyahu selama dua pekan terakhir adalah pembekuan total Israel atas pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan kepada Axios bahwa Trump kesal dengan foto-foto anak-anak dan bayi Palestina yang menderita di Gaza dan mendesak Israel untuk membuka kembali gerbang.
Pada Ahad, kabinet Israel menyetujui dimulainya kembali pengiriman bantuan ke Gaza dan pada Senin selusin truk berisi makanan bayi dan perlengkapan lainnya memasuki daerah kantong itu. Namun, pejabat Gedung Putih mengatakan lebih banyak yang perlu dilakukan.
Sementara itu, Kepala kemanusiaan PBB Tom Fletcher pada Senin memperingatkan bahwa 14.000 bayi di Gaza bisa meninggal pada Rabu 21 Mei 2025 jika mereka tidak menerima nutrisi dan perawatan yang mendesak.
Lima truk bantuan diizinkan masuk israel pada Senin, katanya. Namun, Fletcher menggambarkan situasi itu sebagai "bencana" dan aliran bantuan saat ini sebagai "setetes air di lautan."
"Ini bukan makanan yang akan dicuri Hamas," katanya kepada BBC seperti dilansir TIME. "Kami menanggung risiko penjarahan, terkena serangan Israel. Kami akan terhalang, kami akan menanggung risiko besar, tetapi saya tidak melihat ide yang lebih baik daripada menyediakan makanan bayi, bagi para ibu, yang saat ini tidak dapat memberi makan anak-anak mereka sendiri."
Pernyataan keras Fletcher ini menyusul pernyataan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus yang menegaskan bahwa 2 juta warga Palestina kelaparan di Jalur Gaza sementara “berton-ton makanan diblokir di perbatasan” oleh Israel.
Israel mengizinkan sejumlah truk kemanusiaan memasuki daerah kantong yang terkepung itu untuk pertama kalinya setelah hampir 3 bulan blokade total yang menyebabkan kelaparan.
PBB mengatakan pada Selasa telah diberikan izin untuk mengirim "sekitar 100" truk bantuan ke Gaza setelah blokade selama 11 minggu. Kendati demikian, belum ada bantuan kemanusiaan yang benar-benar didistribusikan di daerah kantong yang dilanda perang itu, menurut PBB.
"Hari ini salah satu tim kami menunggu beberapa jam hingga lampu hijau Israel untuk mengakses daerah Kareem Shalom dan mengambil pasokan nutrisi. Sayangnya, mereka tidak dapat membawa pasokan tersebut ke gudang kami," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan pada Selasa seperti dilansir Anadolu.
"Jadi, untuk memperjelas, meskipun lebih banyak pasokan telah masuk ke Jalur Gaza, kami belum dapat mengamankan kedatangan pasokan tersebut ke gudang dan titik pengiriman kami."
"Pada akhirnya, sekitar empat truk, bukan lima, diizinkan masuk kemarin. Hari ini, kami menerima beberapa lusin truk... Namun intinya adalah, logistik, kerumitan keamanan, dan lingkungan secara keseluruhan membuat ini menjadi sangat sangat sulit," kata Dujarric.
Ia mengatakan bantuan tersebut disimpan di dermaga pemuatan karena proses yang rumit: "Barang-barang harus melewati pagar dari Israel ke Gaza, ke area tempat truk harus diturunkan dan dimuat ulang, dan kemudian kami harus mendapatkan izin dari pasukan keamanan Israel untuk membawa orang-orang kami untuk mengambil truk-truk tersebut."
Blokade Israel selama 80 hari yang telah memberlakukan penutupan ketat penyeberangan dan pengiriman bantuan telah mengakibatkan hampir 330 kematian karena kelaparan dan lebih dari 300 keguguran di tengah apa yang digambarkannya sebagai kampanye genosida, Kantor Media Gaza mengumumkan pada Selasa seperti dikutip Anadolu.
Gaza membutuhkan sedikitnya 44.000 truk bantuan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan minimum penduduknya, kata pernyataan tersebut.
Dengan merinci jumlah kematian selama pengepungan selama 80 hari, Kantor tersebut melaporkan 58 kematian disebabkan oleh kekurangan gizi, dan 242 lainnya karena kekurangan makanan dan obat-obatan, sebagian besar di antara para lansia. Selain itu, 26 pasien ginjal meninggal karena kurangnya nutrisi dan perawatan kesehatan yang tepat.
Lebih dari 300 keguguran tercatat, yang disebabkan oleh kekurangan nutrisi penting yang diperlukan untuk mempertahankan kehamilan.
Mengenai kekurangan gizi, Kantor tersebut menyoroti bahwa kesehatan penduduk yang melemah telah menyebabkan kampanye donor darah gagal, sementara rumah sakit menghadapi kekurangan unit darah yang akut di tengah meningkatnya jumlah pasien yang terluka yang membutuhkan operasi mendesak.
Kantor Gaza mendesak masyarakat internasional dan PBB untuk bertindak guna membuka kembali penyeberangan dan mengizinkan masuknya makanan, obat-obatan, dan bahan bakar untuk menyelamatkan ratusan ribu warga sipil sebelum terlambat.
Gaza membutuhkan 500 truk bantuan setiap hari dan 50 truk bahan bakar untuk fasilitas vital dan medis, katanya.
Israel terus membuat 2,4 juta warga Palestina di Gaza kelaparan secara sistematis dengan menutup jalur penyeberangan dan memblokir bantuan yang ditimbun di perbatasan sejak 2 Maret, sehingga wilayah itu dilanda kelaparan dan menyebabkan banyak kematian.