Festival Rujak Uleg 2025 Sumbang Sampah di Laut, Ini Jawab Pemkot Surabaya

4 hours ago 1

TEMPO.CO, Surabaya - Pemerintah Kota Surabaya menjawab kritik yang tertuju kepadanya karena pelepasan ratusan balon gas ke udara saat gelaran Festival Rujak Uleg, Sabtu malam, 17 Mei 2025. Kegiatan seremoni dengan pelepasan balon gas ke udara telah banyak dihapus di banyak kota di dunia karena sama saja dengan menyumbang sampah di laut. 

Dalam jawaban yang diberikannya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Surabaya Dedik Irianto menuturkan bahwa pelepasan balon tak ada dalam rencana acara. “Tapi saat acara berlangsung, balon-balon itu ternyata dilepas. Kami juga kaget karena tidak ada instruksi untuk melepas,” ucap Dedik kepada Tempo, Rabu 21 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dedik mengaku telah mencari keterangan ke tim di Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata selaku pengundang para seniman dalam festival itu. Namun, menurut dia, mereka juga tidak menginstruksikan seniman-seniman untuk melepas balon. "Jadi memang kejadian itu di luar kontrol kami.”

Dedik mengakui bahwa balon-balon itu tidak seharusnya dilepas. Pemerintah Kota Surabaya, kata dia,  selanjutnya akan lebih mengawasi kegiatan serupa agar tidak terulang. “Kami akan menjaga lingkungan Kota Surabaya dengan baik. Termasuk sampah-sampah plastik karena festival kemaren juga langsung kami bersihkan,” ujarnya.

Dedik menjelaskan keberadaan balon-balon gas itu sejatinya terhubung dengan keinginan menghidupkan kembali suasana Taman Hiburan Rakyat (THR). Festival Rujak Uleg 2025 diadakan di Surabaya Expo Center (SBEC) yang dahulunya adalah Taman Remaja Surabaya di dalam kompleks THR.

Taman Remaja Surabaya mengusung konsep pasar malam penuh hiburan dan seni budaya. Karenanyau Pemkot Surabaya menggandeng seniman-seniman Surabaya untuk menghidupkan kembali suasana pasar malam itu. Termasuk acara seni budaya dan pernak-pernik balon yang kerap dijual saat itu.

Dengan konsep dan tujuan itu, Festival Rujak Uleg 2025 juga dijadikan salah satu rangkaian peringatan Hari Jadi Kota Surabaya ke-732 dan termasuk dalam 110 agenda nasional Kharisma Event Nusantara 2025. Gelaran festival pada Sabtu malam lalu dihadiri Sekretaris Kota Surabaya Iksan. Pada malam itu pula ratusan balon gas dilepas ke udara.

Komunitas Zero Waste Indonesia di Surabaya menilai pelepasan balon itu akan berdampak buruk bagi lingkungan. Balon yang berisi gas helium atau hidrogen tersebut bisa jatuh di laut, sungai, gunung, hutan atau permukiman. Menurutnya, balon dari lateks dan foil 32 kali lebih besar peluangnya membunuh burung laut ketimbang sampah plastik.

"Balon yang mengambang di lautan oleh penyu tidak dapat dibedakan dari ubur-ubur, sehingga banyak hewan itu ditemukan mati dengan balon lateks di perutnya," kata pendiri Komunitas Nol Sampah Surabaya Hermawan Some lewat keterangan tertulis.

Belum lagi bahan foil dari balon baru bisa terurai di alam setelah ratusan tahun. Sedangkan balon lateks disebutnya terbuat dari getah pohon karet namun ditambahkan bahan kimia, salah satunya pewarna. Balon lateks untuk bisa terurai di alam butuh waktu bertahun-tahun. "Ada yang menyebut butuh waktu empat tahun sebuah balon lateks untuk bisa terurai di alam dan balon lateks termasuk jenis bahan yang sulit didaur ulang."

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |