Dosen FH Sebut Rektorat UGM Hilangkan Simbol Perlawanan karena Larang Mahasiswa Kemah di Balairung

7 hours ago 2

TEMPO.CO, Yogyakarta - Dosen Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta I Gusti Agung Made Wardana menyayangkan petugas keamanan di lingkungan UGM yang melarang Aliansi Mahasiswa UGM berkemah di depan Balairung atau Gedung Rektorat UGM pada Rabu sore, 14 Mei 2025.

Pilihan Editor:Beda Vaksin Bill Gates dan Vaksin TBC Lain. Apa Saja?

Larangan berkemah di Balairung, menurut Igam, panggilan akrab I Gusti Agung Made Wardana merupakan taktik rektorat untuk menghilangkan simbolisasi Balairung sebagai perlawanan mahasiswa. Dia menyebut insiden itu sebagai taktik keruangan. “Tidak ada alasan yang jelas kenapa Balairung harus steril dari kemah mahasiswa,” kata Igam ditemui di Balairung UGM.

Dia menjelaskan Balairung selama ini dikenal sebagai tempat bersejarah, ruang bersuara dan menyampaikan ekspresi. Berbagai aksi protes mahasiswa maupun dosen merespons berbagai isu kerap berlangsung di Balairung. Kemah mahasiswa itu, menurut dia, tidak hanya momentum melainkan simbol perlawanan. Gedung rektorat menjadi simbol kekuasaan.

Petugas keamanan meminta agar mahasiswa berkemah di depan Grha Sabha Pramana atau GSP karena mendapat perintah dari pejabat rektorat. Petugas beralasan pejabat rektorat memerintahkan agar Balairung harus steril karena sedang banyak kegiatan. Mahasiswa berupaya bernegosiasi untuk tetap bertahan di depan Balairung.

Adu mulut antar-mahasiswa dan petugas tak terhindarkan. Mereka tetap menembus petugas dan mengangkut perlengkapan kemah seperti besi dan terpal besar. Mereka berhasil memasang tenda berukuran besar yang bisa menampung puluhan mahasiswa di bawah guyuran hujan yang deras. Sebagian mahasiswa mengalami luka ringan di tangannya.

Mahasiswa memasang tenda bertuliskan "pindahkan kelas bersama rakyat UGM full melawan". Hingga pukul 22.00, puluhan mahasiswa bertahan di tenda dan menyalakan api unggun. “Kami akan terus bertahan hingga tuntutan kami dipenuhi. Kalau perlu berhari-hari sampai menang,” kata perwakilan aliansi, Halimah.

Kemah mahasiswa merupakan aksi protes terhadap karut marutnya penanganan kekerasan seksual dan adanya kekhawatiran masuknya militerisme di kampus UGM. Menurut Igam, bila kemah mahasiswa harus berpindah di depan GSP, maka mahasiswa kehilangan simbol perlawanan. Pesan mahasiswa juga belum tentu sampai ke publik karena selama ini Balairung menjadi simbol berbagai aksi demonstrasi.

Igam, sedang berceramah tentang neoliberalisasi pendidikan dan pentingnya dosen berserikat di hadapan mahasiswa ketika sejumlah petugas keamanan dan mahasiswa saling dorong dan tarik menarik berebut perlengkapan kemah. Selain Igam, aliansi juga mendatangkan dosen Departemen Politik dan Pemerintahan UGM, Amalinda Savirani. Kedua dosen tersebut berhimpun dalam Serikat Pekerja Universitas Gadjah Mada atau Sejagad.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni Universitas Gadjah Mada Arie Sujito dan Sekretaris UGM Andi Sandi Antonius belum memberikan penjelasan alasan UGM melarang mahasiswa berkemah di depan Balairung. Tempo juga mengirimkan foto tarik menarik properti kemah antar-petugas keamanan dan mahasiswa untuk mengkonfirmasi alasan rektorat melarang mahasiswa memasang tenda di depan gedung rektorat melalui pesan Whatsapp. 

Keduanya sedang berada di Jakarta saat mahasiswa berkemah sebagai bentuk protes. Rabu malam, Arie merespons sedang dalam perjalanan ke Yogyakarta. “Saya menuju kampus,” kata Arie.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |