TEMPO.CO, Jakarta - Nama Dewi Astutik muncul setelah operasi penangkapan jaringan penyelundupan sabu sebanyak 2 ton di Kepulauan Riau.
Nama Dewi Astutik disebut sebagai otak jaringan penyelundupan narkotika internasional. Perempauan asal Ponorogo, Jawa Timur berusia 43 tahun itu diduga menggunakan identitas palsu dalam dokumen kependudukannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kapolres Ponorogo AKBP Andin Wisnu Sudibyo mengatakan Dewi tercatat sebagai warga RT 01 RW 01 Dukuh Sumber Agung, Desa Balong, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo. Namun, identitas yang digunakan dalam KTP diduga milik saudara kandungnya.
"Memang benar dia warga Ponorogo, namun identitas yang digunakan merupakan milik adiknya," kata Andin dilansir dari Antara, Rabu, 28 Mei 2025.
Menurut Andin, Dewi Astutik sudah lama tinggal di luar negeri dan diduga menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) sejak 2011.
Saat ini, keberadaannya diperkirakan berada di Kamboja. Dewi Astutik yang diduga bagian dari jaraingan narkotika internasional, telah masuk dalam daftar red notice Interpol.
“Red notice dari Interpol sudah dikeluarkan, dan kami terus berkoordinasi dengan BNN,” ujarnya.
Nama Dewi Astutik ditetapkan sebagai buronan atas kasus penyelundupan sabu seberat dua ton melalui Kepulauan Riau.
Adapun Kepala Dusun Sumber Agung, Gunawan, mengaku tidak mengenal sosok dengan nama Dewi Astutik meskipun alamat yang tercantum sesuai dengan wilayahnya.
"Alamatnya memang di sini, tapi saya tidak kenal orang dengan nama itu," ujar Gunawan.
Pernyataan serupa disampaikan warga setempat, Sri Wahyuni. Ia menyebut foto Dewi yang beredar mirip dengan tetangganya berinisial PA, yang telah lama menikah dan merantau sebagai tenaga kerja wanita.
"Kalau namanya Dewi Astutik saya tidak kenal, tapi wajahnya mirip PA. Ia memang sudah lama jadi TKW dan tahun lalu sempat pulang, lalu berangkat lagi," kata Sri.
