Dedi Mulyadi Debat Siswi SMA Cikarang: Anda Miskin, Jangan Sok Kaya

7 hours ago 4

Jakarta, CNN Indonesia --

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berdebat dengan remaja perempuan bernama Aura Cinta yang disebut baru lulus dari SMAN 1 Cikarang Utara sekaligus korban penggusuran rumah di bantaran kali.

Perdebatan itu terkait pelarangan sekolah menggelar wisuda atau perpisahan.

Dedi mengatakan wisuda atau perpisahan membebani orang tua karena harus membayar. Menurut Dedi, tanpa perpisahan, siswa tidak akan kehilangan kenangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dedi menyebut kenangan indah di masa sekolah tak hanya kala perpisahan melainkan masa-masa ketika belajar.

"Tanpa perpisahan emang kehilangan kenangan? Kenangan indah itu saat proses belajar tiga tahun," kata Dedi dalam video di akun YouTube pribadinya.

Sementara Aura Cinta mengatakan jika tidak ada perpisahan, siswa tidak bisa merasakan berkumpul terakhir dengan teman-teman.

"Saya ngerasa kan udah lulus ya. Kalau misalkan enggak ada perpisahan kita tuh enggak bisa kumpul bareng atau rasain gimana-gimana kumpulnya interaktif sama teman-teman itu pak," ujar Aura.

Dedi kembali mempermasalahkan soal biaya untuk perpisahan yang dikeluarkan orang tua.

"Rumah aja enggak punya, bayar perpisahan gimana speakupnya. Harusnya saya kritik ya harusnya speakupnya begini, kritik gubernur karena gubernur membebani rakyat sekolah harus bayar iuran kritik gubernur karena membiarkan orang tua membiarkan orang tua dibebani untuk pembayaran sekolah kritik gubernur karena membiarkan banjir,"kata Dedi.

Dedi mengatakan pemerintah berusaha menurunkan beban orang tua dengan kebijakan sekolah gratis. Dengan begitu, orang tua tidak boleh mengeluarkan biaya.

Aura kemudian menjelaskan dirinya bukan bermaksud mengkritik melainkan menyampaikan aspirasi lantaran merasa tidak adil adiknya tidak bisa merasakan perpisahan atau wisuda.

"Bukan mengkritik Pak lebih tepatnya itu menurut saya itu kayak gitu tuh perlakuannya enggak adil," ujar Aura.

Kemudian, Dedi mempersilakan jika siswa ingin mengadakan wisuda atau perpisahan tetapi harus diselenggarakan secara mandiri dan tidak melibatkan sekolah.

Sebab, kata dia, pelibatan pihak sekolah rentan dirundung karena menyelenggarakan wisuda atau perpisahan lantaran dianggap mencari untung.

Ia juga menegaskan siswa harus bertanggung jawab dengan segala konsekuensi yang berpotensi terjadi jika menyelenggarakan wisuda/perpisahan mandiri.

"Kalau besok pada acara perpisahan orang mabuk-mabukkan tanggung jawab sendiri, kalau besok perpisahan ada tawuran tanggung jawab sendiri tidak bawa institusi karena bagi saya di Jawa Barat biaya pendidikan harus murah tidak boleh ada beban bagi orang tua," kata Dedi.

Dedi kemudian bertanya ke orang tua Aura. Orang tua remaja itu setuju tetap ada perpisahan demi mental dan kenangan anak.

"Pilih uang itu disimpan untuk kuliah atau dihabiskan untuk perpisahan?" kata Dedi.

"Kalau bisa ada perpisahan tapi jangan membebani," jawab orang tua Aura.

Dedi mengingatkan agar gaya hidup keluarga itu tidak terlalu tinggi. Ia juga mempermasalahkan kini warga meminta penggantian rumah yang digusur.

"Kalau saya tega-tegaan, saya layak ganti enggak? Tanah negara, kebutuhan untuk rakyat, proyek kabupaten. Saya ngapain keluarin uang Rp10 juta untuk ibu, udah kasih orang miskin aja yang lain," kata Dedi.

"Saya juga miskin," kata orang tua remaja itu.

"Kenapa miskin gaya orang kaya? Ini harus dibenerin cara berpikir begini," kata Dedi.

"Saya enggak usah bantu ya?" imbuh Dedi.

Setelahnya, Aura memotong dan menyatakan tidak setuju.

"Enggak gitu, Pak. Kan saya waktu dibikin video Tiktok itu kan captionnya bukan untuk meminta kerohiman atau apa pun, saya cuma minta keadilan aja," kata Aura.

"Waktu digusur itu enggak ada musyawarah, cuma ada Satpol PP datang," imbuhnya.

Dedi kemudian bertanya bagaimana jika negara meminta agar keluarga itu membayar uang sewa di tanah yang mereka tempati.

"Saya balik, tinggal di tanah orang lain harus bayar enggak sama yang punya tanah? Kalau saya balik nuntut, Pemda-nya suruh minta tagihan dihitung beberapa tahun ke belakang bayar tiap tahun," ujar Dedi.

"Bapak kan bisa lihat dulu latar belakang saya, saya miskin atau gak, mampu bayar atau enggak," jawab Aura.

"Kamu miskin enggak?" tanya Dedi.

"Iya, saya mengakui," jawab Aura.

"Kenapa miskin pengen hidup bergaya, sekolah harus ada perpisahan? Kan kamu merasa miskin. Kenapa orang miskin enggak merasa prihatin?" ujar Dedi.

Aura Cinta kembali menegaskan dirinya tidak menolak kebijakan melarang perpisahan, tapi ia ingin perpisahan tetap diperbolehkan asal dengan biaya yang kecil.

"Apa pun itu saya mendukung, cuma jangan dihapus, Pak, enggak semuanya bisa terima. Terus kalau misalnya kayaknya wisuda dihapus, dan bapak juga minta pajak saya, padahal saya miskin," ujar Aura.

"Bukan minta pajak, saya balik. Anda miskin, tapi jangan sok kaya. Orang miskin itu prihatin membangun masa depan. Seluruh pengeluaran ditekan, digunakan untuk positif, bisnis, pengembangan mandiri, lah ini rumah enggak punya, tinggal di bantaran sungai," ujar Dedi.

(fra/yoa/fra)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |