CNN Indonesia
Jumat, 05 Des 2025 20:17 WIB
China kembali mengecam Jepang setelah Perdana Menteri Sanae Takaichi menegaskan ulang posisi Tokyo soal Taiwan. (Foto: AFP/PEDRO PARDO)
Jakarta, CNN Indonesia --
China kembali mengecam Jepang setelah Perdana Menteri Sanae Takaichi menegaskan ulang posisi Tokyo soal Taiwan.
Takaichi mengatakan kepada Parlemen pada Rabu (3/12) bahwa sikap Jepang tentang Taiwan tidak berubah sejak komunike bersama Jepang-China pada 1972.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyampaikan hal itu sebagai jawaban atas pertanyaan apakah Jepang bergeser dari posisi resmi yaitu menghormati pandangan China bahwa Taiwan adalah "bagian tak terpisahkan dari wilayahnya".
Hal itu menyusul pernyataan Takaichi yang menegaskan Jepang bisa "turun tangan" mengerahkan pasukan ke Taiwan membantu Taipei jika menghadapi serangan China.
Namun, Jepang tetap mempertahankan posisi itu meski tidak secara tegas menyetujui prinsip "Satu China".
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, mempertanyakan pernyataan Takaichi dalam jumpa pers rutin pada Kamis (4/12).
"Sekarang Takaichi mengeklaim posisi dasar pemerintah Jepang terkait Taiwan tetap seperti yang tertulis dalam pernyataan bersama China-Jepang 1972, bisakah ia menjelaskan secara tepat dan lengkap apa yang tercantum dalam pernyataan bersama itu?" tanya Jian, seperti dikutip The Straits Times.
"Mengapa pihak Jepang menolak untuk menyampaikan dengan jelas komitmen serta kewajiban hukum yang telah dibuatnya?," tambah dia.
Pernyataan Takaichi sebelumnya dianggap sebagian pengguna media sosial China sebagai perubahan sikap, meski yang lain menilai penjelasan tambahan masih diperlukan.
Pada Kamis (4/12), frasa "Sanae Takaichi akhirnya mengalah" menjadi topik nomor satu di Weibo, platform mirip X di China.
Dalam pernyataan bersama yang meresmikan hubungan diplomatik kedua negara lebih dari setengah abad yang lalu, Jepang menyatakan mereka "sepenuhnya memahami dan menghormati" pandangan China bahwa Taiwan adalah "bagian tak terpisahkan" dari wilayahnya.
Namun perjanjian itu tidak menyebutkan dukungan penuh Jepang terhadap interpretasi Beijing mengenai "Satu China".
Takaichi menolak permintaan China untuk menarik ucapannya pada 7 November dan menegaskan posisi Tokyo mengenai situasi darurat keamanan tidak berubah.
Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi juga menegaskan sikap Jepang tentang Taiwan tetap sama sejak 1972.
Sebelumnya, ketegangan diplomatik kedua negara meningkat setelah Takaichi pada November menyebut serangan China ke Taiwan dapat memicu respons militer dari Tokyo.
China juga telah mengambil beberapa langkah terhadap Jepang, termasuk meminta warganya agar tidak bepergian ke negara itu.
(rnp/rds)

1 hour ago
1














































