TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat mewaspadai potensi hujan lebat dan dampak bencana hidrometeorologi yang masih dapat terjadi di sejumlah wilayah beberapa waktu ke depan. Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani mengatakan cuaca basah beberapa waktu ke depan dipengaruhi fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang atmosfer Kelvin, serta Rossby Ekuatorial yang masih melintas di wilayah Indonesia.
“Ketiga fenomena ini memperkuat proses konveksi dan memicu pembentukan awan hujan, terutama di wilayah selatan dan tengah Indonesia,” kata Andri ketika dihubungi Tempo, Jumat malam, 23 Mei 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gangguan tropis berupa pusat tekanan rendah atau sirkulasi siklonik juga kerap muncul. Kondisi ini memicu area konvergensi, kemudian awan konvektif yang meningkatkan potensi hujan berintensitas tinggi.
Berdasarkan analisis klimatologis terbaru pada dasarian kedua Mei 2025, baru sekitar 11 persen zona musim di Indonesia yang telah memasuki musim kemarau. Sekitar 73 persen wilayah masih berada dalam musim hujan. Artinya, mayoritas wilayah Indonesia masih berada pada fase peralihan dari musim hujan menuju musim kemarau. “Yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Juni hingga Agustus 2025,” tutur Andri.
Sepekan ke depan, Andri memprakirakan, cuaca masih akan cenderung cerah berawan hingga hujan ringan. Hujan lebat hingga sangat lebat, yang disertai kilat dan angin kencang, masih berpotensi mengguyur banyak wilayah, mulai dari Sumatera Utara, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, serta Jawa Timur. Begitu juga di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Maluku, hingga Papua Selatan.
Pada dasarian ketiga Mei hingga dasarian pertama Juni 2025, sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan mengalami curah hujan pada kategori rendah hingga menengah, yaitu 10–150 milimeter per dasarian.
Beberapa wilayah juga berpeluang mendapat curah hujan tinggi hingga sangat tinggi (lebih dari 150 mm per dasarian), mulai 20 Mei 2025. Wilayahnya, antara lain Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua Barat Daya.
Adapun pada dasarian pertama Juni nanti, hujan lebat masih akan rutin mengguyur sebagian wilayah Sulawesi, Maluku, Papua Barat, Papua Barat Daya, dan Papua Selatan. “Secara umum intensitas curah hujan diprakirakan mulai menurun menjelang akhir Mei hingga awal Juni 2025,” kata Andri.