Begini Kriteria Blok Migas Mangrak versi Pemerintah

7 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia akan mengevaluasi sejumlah izin pengelolaan blok minyak dan gas (migas) yang terletak di sekitar wilayah Natuna. Evaluasi ini dilakukan karena beberapa wilayah kerja tersebut telah lama mengantongi izin, namun hingga kini belum juga dioperasikan alias mangrak.

Kementerian ESDM telah menyiapkan kebijakan baru yang mengatur blok migas yang tidak aktif. Kebijakan tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 110.K/MG.01/MEM.M/2024. Aturan ini memberikan pedoman terkait pengembalian wilayah kerja migas yang selama ini tidak dimanfaatkan oleh pihak pemegang izin.

Bahlil menjelaskan, regulasi ini menetapkan kriteria tertentu untuk wilayah kerja yang dikategorikan tidak produktif atau mangkrak. Kriteria pertama adalah wilayah kerja yang memiliki lapangan produksi namun tidak beroperasi selama dua tahun berturut-turut.

Kedua, adalah wilayah yang memiliki rencana pengembangan (plan of development) kedua dan seterusnya tetapi tidak dilaksanakan dalam waktu dua tahun setelah disetujui. Terakhir, adalah wilayah dengan struktur migas yang telah ditemukan (discovery) namun tidak ada tindak lanjut eksplorasi atau pengembangan selama tiga tahun.

Evaluasi yang dilakukan pemerintah ini bertujuan mengoptimalkan sektor energi, khususnya migas, yang menjadi sumber daya penting bagi pembangunan nasional. Dengan adanya evaluasi dan penegakan regulasi tersebut, Bahli berharap bisa mendorong investor dan pemegang izin agar lebih serius dalam mengelola wilayah kerja yang telah diberikan. Pemerintah tidak ingin potensi migas yang besar, terutama di Natuna, menjadi sia-sia hanya karena kurangnya keseriusan pelaku usaha.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Bahlil, izin pengelolaan blok migas yang mangrak berdampak pada tidak optimalnya pemanfaatan potensi migas nasional yang seharusnya mendapatkan mendukung kebutuhan energi dalam negeri. Bila dikelola maksimal, Bahli memperkirakan, produki migas nasional bisa meningkat signifikan. Di wilayah Natuna, Bahlil memperkirakan peningkatan produksi mencapai 5.000 hingga 7.000 barel minyak per hari.

Nandito Putra berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan Editor: 27 Tahun Reformasi: Penculikan Aktivis 1998, Siapa yang Belum Kembali?

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |