Alasan Kementerian Pendidikan Tinggi Ubah Program Kampus Merdeka Jadi Kampus Berdampak

5 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek) menyatakan akan mengubah arah pengembangan program Kampus Merdeka menjadi pendekatan baru bertajuk ‘Kampus Berdampak’. Perubahan itu dilakukan setelah evaluasi terhadap pelaksanaan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) menunjukkan sejumlah kelemahan dalam relevansi dan efektivitas pelaksanaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekretaris Jenderal Kemendiktisaintek Togar Mangihut Simatupang menjelaskan Kampus Merdeka selama ini telah memberikan landasan penting untuk mendekatkan mahasiswa pada dunia industri dan masyarakat. Program seperti magang, kuliah kerja nyata tematik, penelitian, hingga proyek kemanusiaan menjadi bagian dari skema MBKM.

Namun, kata Togar, hasil evaluasi menunjukkan meskipun frekuensi kegiatan cukup tinggi, banyak di antaranya belum relevan dengan capaian pembelajaran dan kebutuhan nyata industri. “Eksposur ke dunia industri sudah bagus, tetapi masih banyak yang kurang relevan. Juga ada isu pendanaan dan pengawasan,” kata Togar kepada Tempo pada Jumat, 3 Mei 2025.

Togar menyebut evaluasi dilakukan melalui diskusi kelompok terpimpin dan laporan pelaksanaan dari berbagai perguruan tinggi. Berdasarkan temuan itu, Kemendiktisaintek merekomendasikan pembenahan dalam proses dan hasil pelaksanaan MBKM, serta penguatan sistem pendukung pembelajaran yang transformatif. “Karena itu satu langkah ke depan adalah Kampus Berdampak,” ujar Togar.

Ia menjelaskan, Kampus Berdampak mengusung semangat kontribusi nyata perguruan tinggi terhadap masyarakat, lingkungan, dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Perguruan tinggi diharapkan tidak hanya fokus pada pengajaran akademik atau pelaksanaan program MBKM, tetapi juga menjadi agen perubahan sosial.

“Perbedaan yang nyata dari tujuannya adalah Kampus Berdampak mendorong perguruan tinggi menjadi aktor pemecahan masalah nyata di masyarakat. Sedangkan Kampus Merdeka lebih menekankan kebebasan dalam proses pembelajaran,” tutur Togar.

Dengan arah baru ini, Kemendiktisaintek berharap kampus tidak sekadar mencetak lulusan siap kerja, tetapi juga melahirkan solusi atas tantangan zaman—dari kemiskinan hingga krisis lingkungan.

Sebelumnya, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto mengatakan program Kampus Berdampak merupakan langkah strategis dan transformatif yang dirancang untuk menjawab tantangan pembangunan nasional dan mendukung pencapaian visi Indonesia Emas 2045.

Pendidikan tinggi, kata dia, tidak hanya berperan sebagai penyedia ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai penggerak utama perubahan sosial dan ekonomi bangsa.

“Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, memegang peran kunci dalam mewujudkan Indonesia Emas 2025. Kita perlu membangun sistem pendidikan tinggi yang berkeadilan, relevan, dan berdampak. Transformasi ini harus mampu membuka akses seluas mungkin dengan kualitas yang setara di seluruh Indonesia. Diktisaintek Berdampak adalah gerakan nasional untuk mewujudkan hal itu,” ujar Brian.

Peluncuran program tersebut juga menjadi simbol transformasi yang ingin memastikan bahwa seluruh aktivitas pendidikan tinggi, sains, dan teknologi tidak hanya menghasilkan output akademik, tetapi juga outcome yang dirasakan langsung oleh masyarakat.

“Tentu, program ini adalah gerakan bersama, inspirasi, refleksi kita ketika berkolaborasi dengan perguruan tinggi dan mitra-mitra kami. Ini merupakan gerakan bersama yang menjadikan perguruan tinggi sebagai pusat transformasi, mahasiswa sebagai penggerak utama perubahan, dan riset sebagai arah pembangunan,” ujar Brian.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |