CNN Indonesia
Senin, 31 Mar 2025 09:40 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan ada pengeboman, jika Iran tidak segera mencapai kesepakatan dengan AS soal nuklir.
Dalam pernyataan pertama sejak Iran menolak negosiasi nuklir dengan AS, Trump mengaku pejabat kedua negara telah berbicara, namun dia tak memberikan perincian lebih lanjut.
"Jika mereka tidak membuat kesepakatan, akan ada pengeboman. Itu akan menjadi pengeboman yang belum pernah mereka lihat sebelumnya," kata Trump dalam sebuah wawancara telepon seperti diberitakan Reuters, Senin (31/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika mereka tidak membuat kesepakatan, saya akan mengenakan tarif sekunder pada mereka seperti yang saya lakukan empat tahun lalu," Trump menambahkan.
Iran mengirimkan tanggapan melalui Oman terhadap surat dari Trump, yang mendesak Teheran untuk mencapai kesepakatan nuklir baru beberapa waktu lalu.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghci mengatakan kebijakannya adalah tidak terlibat dalam negosiasi langsung dengan Amerika Serikat saat berada di bawah tekanan dan ancaman militer.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian menegaskan kembali kebijakan tersebut pada Minggu.
"Negosiasi langsung (dengan AS) telah ditolak, tetapi Iran selalu terlibat dalam negosiasi tidak langsung, dan sekarang juga, Pemimpin Tertinggi telah menekankan bahwa negosiasi tidak langsung masih dapat dilanjutkan," katanya.
Dalam wawancara NBC, Trump juga mengancam akan mengenakan tarif sekunder yang memengaruhi pembeli barang suatu negara, baik di Rusia maupun Iran.
Sebelummya, dia menandatangani perintah eksekutif yang mengesahkan tarif tersebut pada pembeli minyak Venezuela.
Dalam periode pertamanya, Trump menarik AS dari kesepakatan 2015 antara Iran dan negara-negara besar dunia yang menetapkan batasan ketat pada aktivitas nuklir Teheran yang disengketakan dengan imbalan keringanan sanksi.
Negara-negara Barat menuduh Iran memiliki agenda rahasia untuk mengembangkan kemampuan senjata nuklir dengan memperkaya uranium hingga tingkat kemurnian fisil yang tinggi, di atas apa yang mereka katakan dapat dibenarkan untuk program energi atom sipil.
Sementara Iran mengatakan program nuklirnya sepenuhnya untuk tujuan energi sipil.
(yoa/dna)