Perhatikan Perbedaan Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

2 hours ago 1

TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan warga Suku Baduy memadati Kantor Bupati Lebak, Rangkasbitung, Banten, dalam gelaran tradisi tahunan Seba Baduy yang berlangsung pada Jumat, 2 Mei 2025. Sebanyak 1.769 warga Baduy, baik dari kelompok Baduy Dalam maupun Baduy Luar ikut serta dalam ritual sakral ini yang berlangsung dari 1 hingga 4 Mei 2025.

Tradisi ini merupakan wujud syukur dan penghormatan masyarakat adat Desa Kanekes kepada pemerintah, ditandai dengan penyerahan hasil bumi kepada Bupati Lebak dan Gubernur Banten.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sore itu, suasana Rangkasbitung menjadi semarak. Sekitar pukul 16.00 WIB, warga Baduy mulai disambut di Jembatan Keong dalam prosesi mapag atau penjemputan. Warga setempat, termasuk para pelajar, tampak berjejer di tepi jalan untuk menyambut kedatangan rombongan Baduy.

Mayoritas peserta berasal dari kelompok Baduy Luar yang mengenakan pakaian berwarna hitam atau biru donker, lengkap dengan ikat kepala bermotif batik. Sementara itu, warga Baduy Dalam tampil dengan ciri khas pakaian putih, celana pendek bermotif sulur gelap, dan ikat kepala putih. Mereka berjalan tanpa alas kaki, sejalan dengan larangan adat yang mereka pegang teguh.

Sejumlah warga Baduy mengikuti tradisi Seba di Pendopo Gubernur Banten, di Serang, Sabtu 7 Mei 2022. Ritual Seba Baduy ditandai penyerahan hasil bumi kepada wakil pemerintah kembali dilakukan secara terbuka setelah sempat tertunda selama dua tahun akibat pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

Siapa Itu Suku Baduy?


Suku Baduy merupakan komunitas adat Sunda yang menetap di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten. Mereka dikenal sebagai masyarakat yang menutup diri dari pengaruh luar dan sangat menjaga kemurnian tradisi. Istilah “Baduy” sendiri sebenarnya bukan berasal dari mereka, melainkan diberikan oleh orang luar, terutama peneliti Belanda. Istilah tersebut kemungkinan berkaitan dengan Gunung dan Sungai Baduy yang terletak di wilayah utara tempat mereka bermukim. Namun, masyarakat ini lebih senang menyebut diri sebagai urang Kanekes, sesuai nama desa mereka.

Dalam percakapan sehari-hari, warga Baduy menggunakan bahasa Sunda dengan dialek khas Baduy, meskipun mereka cukup fasih berbicara dalam bahasa Indonesia saat berinteraksi dengan orang luar. Salah satu prinsip utama yang mereka junjung adalah penolakan terhadap pendidikan formal. Sekolah dianggap bertentangan dengan adat, sehingga pembangunan fasilitas pendidikan di wilayah mereka pun ditolak.

Dua Kelompok dalam Suku Baduy


Secara umum, suku Baduy terbagi menjadi dua kelompok utama, yaitu Baduy Dalam (Tangtu) dan Baduy Luar (Panamping). Baduy Dalam adalah kelompok yang paling ketat dalam menjalankan adat. Mereka tinggal di tiga kampung inti: Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik. Kehidupan mereka sangat sederhana, menolak modernisasi, dan penuh pantangan. Misalnya, mereka dilarang menggunakan alat elektronik, kendaraan, bahkan alas kaki. Rumah mereka pun wajib menghadap ke arah utara atau selatan kecuali rumah sang Puun, pemimpin adat tertinggi.

Sebaliknya, Baduy Luar lebih terbuka terhadap pengaruh luar. Mereka masih menjaga nilai-nilai adat, namun sudah menggunakan pakaian modern bernuansa gelap seperti biru atau hitam, dan tidak keberatan menggunakan barang elektronik. Mereka bahkan memperbolehkan wisatawan, termasuk dari luar negeri untuk menginap di rumah mereka. Permukiman Baduy Luar tersebar di kampung-kampung seperti Kaduketuk, Cisagu, Cikandu, dan Gajeboh.

Pantangan dan Aturan di Wilayah Baduy Dalam


Pengunjung yang ingin masuk ke wilayah Baduy Dalam harus mematuhi serangkaian aturan ketat. Menurut Erwinantu dalam bukunya Saba Baduy: Sebuah Perjalanan Wisata Inspiratif, berikut adalah beberapa pantangan bagi warga dan tamu:

Pantangan Bagi Warga Baduy Dalam:

1. Dilarang mandi atau mencuci menggunakan sabun, sampo, atau pasta gigi.

2. Dilarang merokok.

3. Tidak boleh memiliki barang elektronik.

4. Tidak diperkenankan menggunakan kendaraan bermotor.

5. Tidak boleh memakai alas kaki.

6. Pintu rumah harus menghadap utara atau selatan.

7. Pakaian harus ditenun dan dijahit sendiri, berwarna putih atau hitam, serta dilarang mengenakan pakaian modern.


Pantangan Bagi Tamu

1. Menginap hanya boleh satu malam di kampung Baduy Dalam. Jika lebih, harus menginap di luar kampung.

2. Dilarang mengambil foto atau merekam gambar di kawasan Baduy Dalam.

3. Tidak diperbolehkan mandi atau mencuci dengan sabun, sampo, atau pasta gigi.


Mila Novita dan Gezita Inova Rusyda berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |