Paspor AS Ditendang dari 10 Terkuat di Dunia! Jadi Setara Malaysia

4 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Amerika Serikat untuk pertama kalinya keluar dari daftar 10 paspor terkuat di dunia.

Indeks Paspor Henley (Henley Passport Index/HPI) merilis daftar paspor terkuat di dunia pada Selasa (14/10) yang menunjukkan bahwa paspor AS kini menduduki peringkat ke-12 secara global.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Posisi ini setara dengan Malaysia, di mana paspor kedua negara sama-sama bisa mendapat akses bebas visa ke 180 dari 227 wilayah tujuan.

Dilansir dari Channel News Asia (CNA), ini merupakan kali pertama dalam 20 tahun paspor AS tertendang dari daftar paspor terkuat di dunia versi HPI. HPI adalah peringkat global yang menilai kekuatan paspor suatu negara berdasarkan jumlah destinasi yang dapat diakses tanpa visa oleh pemegangnya.

Pada 2014, paspor AS menduduki posisi teratas. Namun, selama bertahun-tahun, peringkat ini terus turun karena berbagai hal.

Henley and Partners, firma yang memfokuskan diri dalam perencanaan tempat tinggal dan kewarganegaraan, menilai bahwa penurunan kekuatan paspor AS disebabkan oleh kurangnya timbal balik yang diterima AS.

Meski AS bisa mengakses 180 tujuan tanpa visa, hanya 46 negara yang bisa memasuki AS tanpa visa. Hal ini mengakibatkan AS berada di peringkat ke-77 dalam Indeks Keterbukaan Henley.

Indeks ini memberi peringat 199 negara dan wilayah di seluruh dunia berdasarkan jumlah kewarganegaraan yang diizinkan masuk tanpa membutuhkan visa.

"Menurunnya kekuatan paspor AS selama 10 tahun terakhir lebih dari sekadar perombakan peringkat. Ini menandakan pergeseran mendasar dalam mobilitas global dan dinamika soft power," kata Ketua Henley and Partners, Christian Kaelin, seperti dikutip CNA.

"Negara-negara yang menganut keterbukaan dan kerja sama akan maju pesat, sedangkan yang masih mengandalkan privilese di masa lalu akan tertinggal," lanjutnya.

Henley and Partners mencatat bahwa penurunan dua peringkat paspor AS ke posisi 12 terjadi akibat serangkaian perubahan akses. AS kehilangan akses bebas visa ke Brasil pada April karena kurangnya timbal balik.

Penerapan sistem e-visa oleh Somalia hingga keputusan Vietnam mengecualikan AS dari daftar perluasan bebas visa juga berkontribusi terhadap anjloknya kekuatan paspor AS.

Lebih dari itu, penurunan peringkat juga terjadi karena langkah Presiden AS Donald Trump mengetatkan imigrasi dan perjalanan, yang menyasar mahasiswa dan pekerja asing. AS juga memperkenalkan biaya pemrosesan aplikasi visa non-imigran sebesar US$250 (sekitar Rp4 juta) yang mewajibkan wawancara langsung.

"Bahkan sebelum masa jabatan kedua Trump sebagai presiden, kebijakan AS telah berorientasi ke dalam negeri," kata analis senior di Center for Strategic and International Studies di Washington, Annie Pforzheimer.

"Pola pikir isolasionis ini kini tercermin dalam hilangnya kekuatan paspor Amerika," lanjutnya.

Pada saat yang sama, China justru memperoleh peningkatan selama 10 tahun terakhir. Peringkat paspor Negeri Tirai Bambu meroket dari 94 pada 2015 ke posisi 64 pada 2025.

Akses bebas visa Beijing meningkat sebanyak 37 destinasi selama kurun waktu tersebut.

China juga mengalami peningkatan drastis pada Indeks Keterbukaan Henley. China membuka perbatasannya untuk 76 negara, 30 negara lebih banyak dari AS.

Henley and Partners menyadari bahwa langkah-langkah China, yang salah satunya membuat perjanjian dengan negara-negara Teluk, Amerika Selatan, serta beberapa negara Eropa, telah memperkuat posisinya sebagai kekuatan global.

"Kembalinya Trump ke tampuk kuasa telah memicu konflik perdagangan baru yang melemahkan mobilitas Amerika, sementara keterbukaan strategis China meningkatkan pengaruh globalnya," kata Tim Klatte, analis di Grant Thornton China.

Berdasarkan data HPI, Singapura menduduki posisi paling atas dengan menawarkan 193 destinasi bebas visa. Korea Selatan menyusul di peringkat dua dengan 190 destinasi bebas visa. Jepang, mengekor di belakangnya dengan 189 destinasi.

(blq/rds)

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |