Jakarta (ANTARA) - Kasus penipuan lewat telepon semakin marak dengan berbagai modus yang semakin canggih. Banyak orang menerima panggilan dari nomor tak dikenal yang mengaku sebagai pihak bank, layanan pelanggan, atau institusi resmi. Dengan trik meyakinkan, pelaku mencoba menggiring korban untuk memberikan data pribadi atau melakukan transaksi yang merugikan.
Fenomena ini dikenal sebagai vishing atau voice phishing, yaitu teknik penipuan yang memanfaatkan telepon untuk mencuri informasi sensitif. Jika tidak waspada, siapa saja bisa menjadi korban. Oleh karena itu, penting untuk memahami cara kerja modus ini serta langkah-langkah pencegahan agar tetap aman dari upaya penipuan.
Vishing biasanya dilakukan dengan berpura-pura sebagai petugas bank, operator telekomunikasi atau instansi resmi lainnya. Pelaku akan meminta informasi pribadi seperti PIN, OTP atau nomor kartu kredit dengan alasan tertentu, misalnya menyelesaikan masalah akun atau menawarkan promo menarik.
Untuk meyakinkan korban, mereka menggunakan teknik manipulasi psikologis yang disebut social engineering. Mereka bisa menciptakan kepanikan agar korban segera memberikan informasi tanpa berpikir panjang. Selain itu, mereka sering memanfaatkan spoofing, yaitu mengubah nomor telepon agar terlihat seperti berasal dari lembaga resmi.
Tak jarang, penipu juga mengirimkan pesan teks atau email berisi tautan ke situs palsu yang menyerupai situs resmi bank. Jika korban memasukkan data pribadinya di situs tersebut, informasi tersebut langsung jatuh ke tangan pelaku.
Baca juga: Polisi tangkap 20 pelaku penipu online yang jalankan aksi di apartemen
Ciri-ciri penipuan vishing
Ada beberapa tanda yang bisa dikenali dari modus ini. Salah satunya adalah panggilan dari nomor tak dikenal yang mengaku sebagai pihak resmi dan meminta informasi sensitif. Penipu biasanya membuat korban panik dengan mengatakan ada transaksi mencurigakan atau masalah yang harus segera diselesaikan.
Selain itu, mereka sering menawarkan hadiah atau promo yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Jika penelepon meminta korban untuk mentransfer uang ke rekening tertentu, ini adalah tanda jelas bahwa itu adalah penipuan.
Baca juga: Kemlu pulangkan 400 WNI korban eksploitasi penipuan daring di Myanmar
Cara menghindari penipuan vishing
1. Waspadai panggilan dan pesan mencurigakan
Jika menerima panggilan, SMS, atau WhatsApp dari nomor tidak dikenal yang meminta informasi pribadi, jangan langsung percaya. Bank dan institusi finansial tidak akan pernah meminta data rahasia melalui telepon atau pesan.
2. Periksa nomor telepon yang menghubungi
Beberapa penipu menggunakan nomor yang mirip dengan nomor call center resmi tetapi dengan tambahan kode area atau angka lain. Sebagai contoh, jika call center resmi sebuah bank adalah 14045, tetapi Anda mendapat panggilan dari +62 14045 atau 021 14045, kemungkinan besar itu adalah penipuan.
Baca juga: Waspada phishing! Kenali modusnya dan hindari pencurian data
3. Jangan menyimpan nomor call center di ponsel
Hindari menyimpan nomor call center di kontak ponsel Anda. Dengan tidak menyimpannya, Anda bisa lebih mudah membedakan apakah nomor yang menghubungi adalah nomor resmi atau nomor palsu.
4. Jangan berikan informasi pribadi
Ingat, pihak bank atau institusi keuangan tidak akan pernah meminta PIN, kode OTP, atau informasi sensitif lainnya melalui telepon. Jika ada yang meminta, segera tutup panggilan.
5. Akhiri panggilan jika mencurigakan
Jika merasa panggilan tersebut mencurigakan, segera akhiri percakapan. Jangan biarkan penipu memanipulasi emosi Anda. Setelah itu, blokir nomor tersebut agar tidak dapat menghubungi Anda kembali.
Dengan mengenali ciri-ciri dan cara kerja modus ini, Anda bisa lebih waspada dan terhindar dari jebakan penipu. Jangan mudah percaya pada panggilan mencurigakan, selalu verifikasi informasi, dan jangan pernah memberikan data pribadi melalui telepon.
Baca juga: Kemlu catat 6.800 WN Indonesia terlibat kasus penipuan online
Baca juga: Cek fakta, Presiden Prabowo kerja sama dengan BCA bangun pinjaman online
Pewarta: Allisa Luthfia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025