Menteri Lingkungan Hidup Tagih Solusi Bau Sampah di RDF Rorotan

5 hours ago 1

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq meminta Dinas Lingkungan Hidup Jakarta memastikan kemantapan teknologi yang dipakai untuk mengatasi bau sampah di fasilitas Refuse Derived Fuel (RDF) Plant di Rorotan, Jakarta Utara. Teknologi yang dipakai, menurut instruksi Hanif, harus yang terbukti mumpuni.

“Jangan ada kata-kata kalau tidak berhasil. Harus berhasil,” ujar Hanif saat meninjau RDF Rorotan pada Senin, 19 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pengoperasian RDF Rorotan sempat menuai protes dari masyarakat sekitar yang terganggu oleh bau sampah dari pengolahan. Fasilitas tersebut mampu mengelola 2.500 ton sampah per hari dan menghasilkan 875 ton RDF untuk bahan bakar alternatif kegiatan industri.

Untuk mengatasi bau sampah yang menusuk hidung, Dinas Lingkungan Jakarta berupaya menambah perlengkapan pendukung di RDF, seperti deodorizer untuk menetralisir bau. Ada juga rencana memasang unit filter gas buang atau emisi.

Hanif mengingatkan, Dinas Lingkungan Hidup bisa menjatuhi sanksi atau bahkan mengganti kontrakror RDF Rorotan bila tak kunjung bisa mengatasi persoalan bau. Terlebih, biaya pengadaan barang untuk teknologi pendukung itu mahal.

“(Bisa dikenai sanksi) tidak peduli itu badan usaha milik negara maupun swasta yang kita kenal,” tutur dia.

Hanif meminta operasional RDF Rorotan dimulai kembali selambatnya pada Juni 2025. Permintaan ini lebih dini dibanding rencana awal Dinas Lingkungan Hidup Jakarta yang ingin membuka kembali fasilitas tersebut pada September mendatang.

Dia menyarankan pemilahan sampah baru yang masuk ke RDF. Pemisahan sampah anorganik dan organik diharapkan bisa mengurangi bau busuk ketika ditumpuk di bunker. Masalah bau busuk di RDF Rorotan, menurut Hanif, ibarat berupaya menghilangkan aroma ikan. “Ikan gorengnya kita jauhkan, bukan kita semprot pakai minyak wangi,” tuturnya.

Kepala Unit Pengelolaan Sampah Terpadu (UPST) Dinas Lingkungan Hidup akarta Agung Pujo Winarko mengatakan bau yang dikeluhkan warga muncul dari sampah yang tertimbun di bunker selama proses commissioning. Tumpukan sampah anorganik masih bercampur dengan yang organik.

“Karena tertumpuk di bunker, terdekomposisi secara alami,” ucap Agung. Timbunan sampah organik tersebut, kata dia, kemudian menghasilkan bau menyengat.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |