CNN Indonesia
Kamis, 01 Mei 2025 18:49 WIB

Bukittinggi, CNN Indonesia --
Puluhan narapidana penghuni Lapas Biaro atau Lapas Kelas IIA Bukittinggi dilarikan ke rumah sakit karena keracunan, dengan satu orang meninggal dunia, dua kritis dan belasan lainnya dalam kondisi mengkhawatirkan.
Hingga Kamis (1/5), pihak Rumah Sakit Ahmad Muchtar (RSAM) Bukittinggi, masih merawat warga binaan tersebut.
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Kanwil Ditjen PAS) Sumatera Barat, Marselina Budiningsih mengungkapkan keracunan massal ini dipicu oleh napi yang mengoplos bahan pembuat parfum jadi minuman keras.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Membuat parfum merupakan salah satu program bagi warga binaan di Lapas tersebut.
"Jadi, di Lapas ada program kemandirian membuat parfum. Parfum tersebut bahan bakunya adalah alkohol 70 persen," kata Marselina dalam keterangan kepada wartawan di Bukittinggi.
Salah seorang napi kemudian mengambil sisa pembuatan parfum tersebt sekitar 200 mililiter, dengan alasan untuk membersihkan tato. Namun ternyata disalahgunakan untuk membuat minuman.
"Dari sisa pembuatan sekitar 200 mililiter diambil tanpa seizin petugas untuk membersihkan tato. Akan tetapi disalahgunakan, bukan untuk membersihkan tato, tapi digunakan untuk minuman. Dicampur dengan minuman sachet dan es batu, lalu diminum bersama-sama," katanya.
Ia mengatakan saat ini ada dua napi yang dirawat dengan menggunakan ventilator.
"Saat ini kondisinya (warga binaan yang dilarikan ke rumah sakit) satu orang meninggal dunia, sudah diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan. Dua orang menggunakan ventilator, 2 pengawasan intensif, 8 orang observasi," jelasnya.
Ia menegaskan bakal menindak semua pihak yang terlibat atau lalai, sehingga menyebabkan terjadinya peristiwa itu.
Dirut Rumah Sakit Ahmad Mukhtar (RSAM) Bukittinggi, Busril menyebutkan, ada 22 pasien yang dirujuk ke rumah sakit tersebut. Dua dalam kondisi kritis dan harus mendapat bantuan ventilator.
Selain di RSAM, satu narapidana juga dirujuk ke RSUD Bukittinggi. Sekitar dua setengah jam dirawat, warga binaan tersebut meninggal dunia.
Marselina menyatakan, pihaknya bersama kepolisian setempat telah membentuk tim investigasi khusus guna mendalami jika terdapat unsur kelalaian pada kasus keracunan massal itu.
"Kita sudah koordinasi dan melaporkan kepada Direktorat Jenderal dan berkoordinasi bersama ibu Kapolres dan sudah berkoordinasi dengan pihak keluarga. Kita sudah membentuk tim investigasi yang melaksanakan tugas. Apabila ada unsur-unsur kelalaian kita akan memproses sesuai dengan ketentuan, baik itu pegawai maupun warga binaan," katanya.
(ned/vws)