Kasus TBC Indonesia Nomor 2 di Dunia, Ini Kelompok yang Berisiko Tinggi Tertular

5 hours ago 2

KEMENTERIAN Kesehatan menyatakan sebanyak 2.095 warga Indonesia dari kelompok usia remaja hingga dewasa telah melakukan uji klinis vaksin tuberkulosis atau vaksin TBC M72. Angka tersebut merupakan akumulasi sejak dari tahap pertama uji klinis vaksin TBC yang dikembangkan Bill Gates pada tahun lalu.

Indonesia menjadi salah satu negara yang menjadi tempat uji klinis tahap 3 vaksin TBC atau TBC M72 yang dikembangkan Bill Gates tersebut. Hal itu disampaikan Presiden Prabowo Subianto saat menerima Bill Gates dan belasan konglomerat Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu, 7 Mei 2025.

Saat ini, uji klinis vaksin ini sudah selesai tahap ketiga atau tahap terakhir sebelum vaksin resmi disebarluaskan. “Indonesia telah menyelesaikan proses rekrutmen partisipan untuk uji klinik fase ketiga kandidat vaksin tuberkulosis,” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Aji Muhawarman kepada Tempo pada Kamis, 8 Mei 2025.

Aji menuturkan uji klinis vaksin TBC di Indonesia dilakukan mulai 3 September tahun lalu di beberapa rumah sakit ternama, di antaranya RSUP Persahabatan, RS Islam Cempaka Putih Jakarta, RS Universitas Indonesia (RSUI), Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad) Bandung, dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). “Adapun rekrutmen partisipan secara resmi telah selesai per 16 April 2025,” kata Aji.

Adapun Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal (Dirjen) Penanggulangan Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Murti Utami sebelumnya mengatakan vaksin TBC/TB tersebut akan tersedia pada 2028 atau 2029.

“Untuk pencegahan (TBC), alhamdulillah Indonesia dilibatkan di dalam clinical trial untuk pengembangan vaksin TB. Dengan adanya vaksin TB ini, insyaallah bisa meredam atau menurunkan kasus-kasus ini,” kata dia dalam Rapat Panitia Kerja (Panja) Pengawasan Mengenai Jaminan Kesehatan Nasional bersama Komisi IX DPR RI di Jakarta, Rabu, 7 Mei 2025, seperti dikutip dari Antara.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menargetkan kementeriannya mendeteksi satu juta kasus TBC pada 2025. Sebab, kata dia, saat ini Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara dengan kasus tuberkulosis terbanyak di dunia.

Berdasarkan Global Tuberculosis Report 2024 yang diterbitkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menjadi negara kedua dengan kasus tuberkulosis terbanyak setelah India, dengan jumlah 1.060.000 kasus dengan angka kematian mencapai 134 ribu. “Waktu Covid-19 itu, yang ketahuan cuma 400 ribuan, jadi bayangkan banyak yang masih jalan-jalan, ketularan,” kata Budi dalam acara Health Innovation Festival di Jakarta pada 8 November 2024.

Sementara itu, Direktur Penyakit Menular Kemenkes Ina Agustina menegaskan pentingnya akselerasi program penanggulangan TBC secara menyeluruh. “Setiap jam, 14 orang meninggal karena TBC di Indonesia. Kita harus bergerak bersama. Jika tidak dimulai sekarang, target eliminasi 2030 akan sulit tercapai,” ujar Ina dalam temu media pada Senin, 24 Maret 2025, dikutip dari situs web Kemenkes.

Kelompok yang Berisiko Tinggi Tertular TBC

Penyakit TBC yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis menyebar lewat udara ketika orang batuk, bersin atau meludah. Berdasarkan Global Tuberculosis Report 2024, sekitar 5-10 persen orang yang terinfeksi TBC akan mengalami gejala dan mengembangkan penyakit itu.

Seperti dilansir Kemenkes di situs webnya pada Kamis, 31 Januari 2025, Sekretaris Ditjen Penanggulangan Penyakit Kemenkes Yudhi Pramono mengatakan semua orang berisiko tertular TBC. Meski demikian, terdapat kelompok masyarakat yang memiliki risiko lebih tinggi tertular penyakit ini.

“Meskipun semua orang bisa tertular TBC, terdapat kelompok yang lebih berisiko tinggi tertular TBC, yaitu orang yang kontak serumah dan kontak erat dengan pasien TBC, orang dengan HIV (ODHIV), dan perokok,” ujar Yudhi di Jakarta.

Kelompok berikutnya yang bisa tertular TBC adalah orang dengan diabetes melitus (DM), bayi, anak-anak, dan lansia yang memiliki interaksi dengan pasien TBC. Warga binaan pemasyarakatan (WBP), tunawisma, pengungsi, serta masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh-padat dan kumuh-miskin juga berisiko tinggi tertular TBC.

Yudhi menyebutkan bakteri TBC dalam percikan (droplet) dapat bertahan selama beberapa jam di ruangan yang lembap dan tidak terpapar sinar matahari. Bila percikan droplet tersebut dihirup oleh orang lain, terutama mereka yang memiliki kontak erat dengan pasien TBC, maka risiko penularan semakin tinggi.

“Setelah seseorang terinfeksi, kuman Mycobacterium tuberculosis bisa dalam kondisi aktif atau tidak aktif (dormant) dalam tubuhnya. Jika daya tahan tubuhnya baik, maka bakteri TBC akan tetap tidur. Namun, jika daya tahan tubuh menurun, bakteri ini bisa menjadi aktif dan menyebabkan penyakit,” ujar dia.

Dede Leni Mardianti, Eka Yudha Saputra, Anastasya Lavenia Y, dan Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan editor: Beda Vaksin Bill Gates dan Vaksin TBC Lain. Apa Saja?

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |