Kalegowa Destinasi Slow Travel di Sulawesi Selatan

3 hours ago 1

TEMPO.CO, Jakarta - Slow travel kini tengah menjadi tren alternatif bagi para wisatawan. Sebuah perjalanan dengan konsep menetap di suatu tempat dalam durasi waktu yang cukup lama, untuk terhubung dengan budaya dan kehidupan penduduk setempat.

Akhir-akhir ini platform perjalanan digital Agoda juga mengumumkan sembilan destinasi utama slow travel di Asia. Di urutan kedua daftar tersebut berasal dari Indonesia, yaitu Kalegowa, sebuah wilayah di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Kalegowa menawarkan lanskap hamparan pematang sawah, perbukitan, serta aliran sungai. Beragam kearifan lokal yang sarat akan filosofis juga menjadi daya tarik kawasan ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kalegowa berjarak sekitar 10 kilometer dari Kota Makassar. Kawasan ini berada di dataran tinggi, 6 kilometer dari bibir Sungai Jeneberang di tepi utara. Dapat ditempuh dalam 30 menit perjalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun transportasi umum.

Menjelajahi sejarah dan budaya

Bagi pecinta sejarah tak jauh dari Kalegowa terdapat situs bersejarah Benteng Somba Opu yang telah ada sejak abad ke-16. Seperti dilansir dari laman Indonesia Kaya, benteng ini didirikan oleh Raja Gowa IX, Kareng Tu Mapa'risi Kallonna. Luasnya mencapai 15 hektare dengan tinggi sekitar 7-8 meter.

Di dalam benteng, terdapat sebuah Museum Karaeng Pattingalloang. Nama dari museum itu diambil dari nama seorang cendekiawan yang hidup di masa Kerajaan Gowa. Museum itu mengoleksi beragam material yang pernah digunakan untuk membangun Benteng Somba Opu. Di bagian lain, terdapat koleksi peralatan tradisional sehari-hari, pakaian tradisional, hingga persenjataan.

Warga berfoto di area Istana Balla Lompoa (Rumah Besar) di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Rabu 27 Oktober 2021. Istana Balla Lompoa yang didirikan pemerintahan Raja Gowa ke-31 pada tahun 1936 berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda bersejarah seperti tombak, meriam kuno, mahkota, naskah aksara lontara, pakaian tradisional dan perhiasan peninggalan kerajaan Gowa dan menjadi salah satu objek wisata sejarah di Kabupaten Gowa. ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Selain benteng, kunjungi Museum Balla Lompoa untuk melihat bagaimana keaslian struktur rumah adat Bugis. Rumah panggung bertiang tinggi dengan atap rumah pelana yang tinggi dan tampak runcing. Materi bangunannya terbuat dari kayu dan atapnya menggunakan daun rumbia. 

Coto Makassar

Jangan lupa mencicipi cita rasa Coto Makassar di kawasan ini. Dalam wawancara RRI dengan sejarawan Andi Suriadi Mappangara, Coto Makassar hadir saat masa peperangan, karena bisa disajikan dalam porsi banyak. Sedangkan isian daging kerbau karena mudah di wilayah Sulawesi Selatan pada masa lalu. Sebab itu, makanan khas Sulawesi Selatan ini sering dijadikan simbol keakraban bagi sesama.

Mulanya, kuah Coto makassar dibuat menggunakan air beras dan terasi. Kini terdapat kuah Coto Makassar yang bening dan kental, dengan kondimen lainnya, seperti dari kacang, telur, dan lain sebagainya. Rasa kuah yang kuat berasal dari perpaduan sepuluh rempah yang ada. Pada zaman dulu,  sebelum disantap, biasanya seseorang akan menambahkan ballo (sejenis tuak) atau cuka untuk mendapatkan cita rasa asam. Namun, kini diganti jeruk nipis sebagai pelengkap makanan tersebut.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |