CNN Indonesia
Jumat, 19 Sep 2025 11:25 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Ribuan warga Palestina meninggalkan Gaza City, kota di utara Jalur Gaza, untuk mengungsi ke selatan karena krisis kelaparan di tengah gempuran Israel.
Citra satelit menunjukkan eksodus warga Palestina terjadi saat militer Israel mengintensifkan serangan darat untuk merebut Gaza City.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wilayah Sheik Radwan yang biasanya dipadati tenda-tenda pengungsian kini nyaris kosong melompong. Per 2 September, setidaknya ada 250 tenda terlihat di wilayah ini. Namun, pada 15 September, hanya tersisa kurang dari 50 tenda.
Kemudian, area parkir pasar yang menampung nyaris 200 tenda pada 2 September, kini telah kosong sepenuhnya pada 16 September.
Kamp pengungsian di Jalan Salah Khalaf juga per 15 September sudah tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Padahal, pada 2 September lalu, ada lebih dari 125 tenda di sana.
Seiring dengan pengungsian massal warga Palestina, berbagai mobil dan gerobak terlihat memadati Jalan Al Rashid, jalan utama yang menghubungkan Gaza utara ke Gaza selatan. Berbagai jenis kendaraan terlihat menyesaki jalan yang terbentang di sepanjang pantai tersebut.
NBC News melaporkan kelompok-kelompok bantuan telah memperingatkan kondisi di Gaza selatan juga sama mengerikannya karena kelaparan di mana-mana dan pasokan makanan serta obat-obatan langka.
Warga Palestina jelas mengetahui hal ini namun mereka tak bisa berbuat apa-apa. Karena kondisi ini pula, sejumlah orang memutuskan untuk tetap tinggal di Gaza City.
Biro Pusat Statistik Palestina mencatat bahwa sekitar 740.000 orang atau sekitar 35 persen dari total populasi Gaza masih berada di wilayah tersebut hingga Selasa (16/9).
Meski begitu, biro memperkirakan jumlah tersebut dapat menurun karena serangan brutal Israel memaksa warga mengungsi imbas hilangnya kebutuhan dasar manusia.
"Kami akan terus bergerak. Ada orang sakit bersama kami dan kami tidak tahu harus ke mana. Tidak ada zona aman," ucap Khalil Matar, warga yang mengungsi ke selatan, seperti dikutip Al Jazeera.
(blq/dna)