GOOTO.COM, Jakarta - Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menilai perlu ada pengaturan jam kerja bagi pengemudi travel atau perusahaan transportasi. Ini disampaikan menyusul insiden kecelakaan di KM 189 Tol Cisumdawu, Mandalaherang, Cimalaka, Sumedang, pekan lalu.
Iklan
Pengurus MTI, Djoko Setikowarno mengatakan bahwa insiden tersebut seharusnya menjadi momentum bagi penyedia layanan travel untuk menyusun standar operasional prosedur (SOP) yang mengatur jam kerja pengemudi secara ketat.
"Ini pembelajaran buat travel agar memperhatikan jam kerja pengemudi," kata Djoko, dikutip dari Tempo.co pada hari ini, Selasa, 6 Mei 2025.
Djoko menuturkan bahwa MTI pernah menemukan praktik pengemudi travel yang mendapat izin mengemudi pergi-pulang dari Semarang ke Jakarta. Padahal, perjalanan satu arah bisa menghabiskan waktu hingga tujuh jam atau jika perjalanan pergi-pulang bisa memakan waktu 14 jam.
"Jam kerja yang melebih batas wajar dapat membahayakan keselamatan penumpang. Itu berisiko. Padahal ketentuannya delapan jam, jangan dieksploitasi," ucapnya.
Dirinya mengatakan bahwa korban kecelakaan lalu lintas akibat kelalaian pengemudi travel berhak menempuh jalur hukum. "Persoalan mau jalur hukum atau tidak, selama korban dan travel sepakat. Kalau tidak, ya, jalur hukum," ujar Djoko.
Sebelumnya, Polres Sumedang menetapkan sopir travel berinisial IH sebagai tersangka dalam kecelakaan yang menyebabkan tiga penumpang meninggal dunia dan penumpang lainnya luka-luka. Kepala Seksi Hubungan Masyarakat Polres Sumedang AKP Awang Menggardijaya mengatakan bahwa pengemudi Toyota HiAce itu diduga melaju dengan kecepatan tinggi dan tidak mampu menghindari truk Hino di depannya.
"Berdasarkan dua alat bukti sah, status pengemudi kami naikkan menjadi tersangka. Berdasarkan pengakuan pengemudi, sebelum mengemudi, ia mengonsumsi obat diabetes dan dalam kondisi mengantuk," kata Awang.
DICKY KURNIAWAN | ADIL AL HASAN | TEMPO.CO
Pilihan Editor: Kegagahan Mitsubishi Pajero Sport Bisa Pikat Kaum Hawa
