CNN Indonesia
Selasa, 01 Apr 2025 20:03 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Kontraktor gedung perkantoran yang sedang dibangun dan runtuh di Bangkok, Thailand saat gempa Myanmar pada Jumat (28/3) lalu disebut menggunakan batang baja di bawah standar.
Baja tersebut dilaporkan dibuat oleh pabrik yang telah ditutup oleh pihak berwenang setempat.
Mengutip Bangkok Post, Selasa (1/4), dua sampel batang baja dengan ukuran berbeda yang dikumpulkan dari lokasi gedung Kantor Audit Negara, gagal dalam uji yang dilakukan oleh Institut Besi dan Baja Thailand.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Kelompok Kerja di Kementerian Perindustrian Thailand, Thitipas Choddaechachainun menyebutkan logam tersebut dibuat oleh perusahaan yang telah ditutup karena pelanggaran lain sejak Desember. Namun, Thitipas tak menyebutkan nama perusahaan tersebut.
Gambar batang baja yang dibagikan kementerian dan media lokal menampilkan merek "Sky", dibuat oleh Xin Ke Yuan Steel Co, yang memiliki pabrik di Provinsi Rayong. Pihak berwenang sempat menutup pabrik tersebut dengan alasan keselamatan pada Desember karena kecelakaan yang melibatkan kebocoran tangki gas dan menyita lebih dari 2.400 ton baja.
Bangunan setinggi 30 lantai itu adalah satu-satunya bangunan yang runtuh di ibu kota Thailand setelah gempa berkekuatan 7,7 skala richter mengguncang Myanmar. Gempa menewaskan sedikitnya selusin pekerja dan menjebak puluhan lainnya.
Penemuan baja di bawah standar itu terjadi di tengah penyelidikan terpisah oleh pemerintah untuk mengungkap alasan runtuhnya gedung tersebut.
Xin Ke Yuan Steel adalah perusahaan Tiongkok kedua yang menjadi sorotan Thailand. Gedung pencakar langit itu dibangun oleh ITD-CREC, sebuah usaha bersama antara Italian-Thai Development Plc yang terdaftar di SET dan China Railway Number 10 Thailand Co.
Menteri Perindustrian Akanat Promphan menyebut pihak berwenang akan mengumpulkan lebih banyak sampel baja dan bekerja sama dengan tim penyelidik.
China Railway Number 10, yang tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar, juga akan diselidiki oleh Departemen Investigasi Khusus untuk melihat apakah perusahaan itu menggunakan calon pemegang saham Thailand sebagai pemegang saham proksi.
(thr/sfr)