Dua Kasus Kapal Tenggelam dalam Waktu Berdekatan di Bengkulu dan Penajam Paser Utara

8 hours ago 1

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, dua peristiwa kapal tenggelam terjadi di dua wilayah perairan Indonesia, yakni di Provinsi Bengkulu dan di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Kejadian ini menarik perhatian khususnya terkait dengan aspek keselamatan pelayaran di perairan dalam negeri, terlebih bagi kapal-kapal berukuran kecil dan kapal pengangkut barang yang beroperasi di wilayah pesisir.

Peristiwa Kapal Tenggelam di Wilayah Perairan Bengkulu

Peristiwa pertama terjadi di perairan Bengkulu pada awal bulan Mei 2025. Sebuah kapal nelayan yang membawa lima orang awak dilaporkan tenggelam setelah dihantam gelombang tinggi ketika sedang melaut. Saat kejadian, kondisi cuaca sedang tidak bersahabat. Informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa perairan Bengkulu tengah mengalami peningkatan kecepatan angin yang signifikan dan gelombang laut dilaporkan mencapai lebih dari tiga meter.

Dikutip dari Antara, 12 Mei 2025, Tim gabungan dari Badan SAR Nasional segera dikerahkan untuk melakukan pencarian setelah mendapat laporan dari nelayan lain yang berada di lokasi. Dalam proses pencarian tersebut, tiga orang berhasil ditemukan dalam keadaan selamat. Namun, dua orang lainnya sebelumnya sempat dinyatakan hilang sebelum kemudian ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut penjelasan dari Dinas Perhubungan Provinsi Bengkulu, kapal yang digunakan oleh para nelayan tersebut tidak memiliki perlengkapan keselamatan yang memadai, seperti pelampung atau alat bantu lainnya. Selain itu, kapal juga berangkat tanpa memperhatikan peringatan cuaca buruk yang telah dikeluarkan oleh BMKG.

Dari total penumpang, 97 orang berhasil diselamatkan. Sebagian dari mereka harus mendapat perawatan intensif di RS Bhayangkara dan RSHD Kota Bengkulu. Sebanyak tujuh korban jiwa dilaporkan tewas dalam insiden tersebut. Jenazah korban dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara dan Rumah Sakit Harapan dan Doa (RSHD) Kota Bengkulu.

Kejadian Tenggelamnya Kapal di Penajam Paser Utara

Sementara itu, hanya beberapa hari setelah insiden di Bengkulu, peristiwa tenggelamnya kapal juga terjadi di wilayah perairan Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Kapal yang mengalami kecelakaan merupakan kapal pengangkut material bangunan yang tengah mengangkut semen dan bahan konstruksi lainnya yang ditujukan untuk mendukung pembangunan di wilayah Ibu Kota Nusantara (IKN).

Berbeda dengan insiden di Bengkulu yang disebabkan oleh faktor alam, kejadian di Penajam diduga disebabkan oleh kelebihan muatan. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh petugas pelabuhan setempat, kapal tersebut membawa beban melebihi kapasitas yang diperbolehkan, serta tidak menyampaikan manifest muatan secara resmi kepada pihak otoritas pelabuhan.

Dikutip dari Antara, 5 Mei 2025, kapal mulai mengalami kebocoran dan kemasukan air saat melintasi perairan dangkal dengan arus yang cukup deras. Meskipun awak kapal telah berusaha mengatasi situasi dengan menggunakan pompa air darurat, upaya tersebut tidak berhasil menyelamatkan kapal. Seluruh awak kapal yang berada di dalamnya berhasil menyelamatkan diri sebelum kapal akhirnya tenggelam.

Muatan kapal feri Muchlisa terdiri dari 18 orang kru kapal dan 22 penumpang serta dua sepeda motor dan tujuh mobil. Sebanyak 22 penumpang dan 16 kru kapal berhasil dievakuasi dalam keadaan selamat oleh kapal lain yang berada di sekitar lokasi kejadian.

Sementara dua orang kru yakni Anak Buah Kapal (ABK) dan perwira tinggi kapal (chief officer) masih terjebak dalam kapal feri Muchlisa yang tenggelam di perairan Kabupaten Penajam Paser Utara tersebut.

"Satu korban sudah ditemukan dan tim masih terus lakukan pencarian satu kru kapal yang terjebak dalam kapal feri yang tenggelam itu masih dilakukan," demikian Dody Setiyawan.


Respons Otoritas Terkait

Menanggapi dua kejadian tenggelamnya kapal dalam waktu berdekatan ini, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia menyampaikan pernyataan resmi melalui Direktur Jenderal Perhubungan Laut. Dalam keterangannya kepada media, ia menekankan pentingnya penerapan standar keselamatan pelayaran yang harus menjadi perhatian serius, khususnya bagi kapal kecil maupun kapal yang tidak termasuk dalam kategori pelayaran komersial.

“Cuaca ekstrem dan kelebihan muatan adalah dua faktor utama yang terus menjadi tantangan keselamatan laut di Indonesia. Kami mengimbau para operator kapal untuk tidak mengabaikan peringatan cuaca dan selalu mematuhi batas muatan yang ditetapkan,” ujarnya.

BMKG turut mengingatkan para nelayan serta operator kapal lainnya agar lebih aktif dalam memantau perkembangan kondisi cuaca sebelum memutuskan untuk berlayar. Informasi prakiraan cuaca dapat diakses secara rutin melalui berbagai saluran informasi resmi yang telah disediakan.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |