LPS dan BNN Mengajak Generasi Muda Menuju Indonesia Bersinar

13 hours ago 3

Info Event - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan Badan Narkotika Nasional (BNN) mengajak generasi muda untuk cerdas mengelola keuangan dan kehidupan diri di gelar wicara bertema “Menuju Indonesia Bersinar: Sustain Your Life, Cerdas Finansial Tanpa Narkoba” di Balai Serbaguna Purnomo Prawiro, kampus FISIP Universitas Indonesia, Kamis, 16 Oktober 2025.

Sekretaris LPS Jimmy Ardianto membuka diskusi dengan mengajak peserta memikirkan ulang cara mereka memperlakukan uang. Bagi sebagian besar mahasiswa, uang sering kali identik dengan hal yang cepat habis, dipakai untuk nongkrong, belanja, atau sekadar mengikuti tren. Padahal, kata dia, kebiasaan sederhana dalam mengelola uang bisa menjadi fondasi penting bagi masa depan. “Mulailah dari sekarang kita menabung, mulai untuk menyisihkan uang kita. Menyisihkan, bukan menyisakan, beda ya,” ujar Jimmy berkelakar.

Menurut Jimmy, banyak orang muda kehilangan arah finansial bukan karena kurang penghasilan, melainkan karena tidak memiliki tujuan yang jelas. Uang yang datang dan pergi tanpa arah hanya menciptakan rasa aman semu. “Jadi goals dan objective itu suatu hal yang penting untuk kehidupan kita nanti,” kata dia.

Jimmy juga berbagi kiat menghadapi tawaran investasi dan pinjaman online yang kian marak di media sosial. “Kita lihat mana yang logis dan mana yang legal. Pertama, legal dulu, berarti kalian cek di OJK. Kedua, logis. Logis itu sangat amat penting. Kita membutuhkan nalar dalam menentukan investasi,” kata dia.

Selanjutnya, dalam gelar wicara yang sama, psikolog BNN Anna Surti Ariani mengatakan banyak mahasiswa yang merasa lelah tapi menolak mengakui kondisi mereka. “Ada riset yang menyebutkan satu dari empat mahasiswa ternyata mengalami depresi, tapi levelnya bervariasi dari ringan sampai berat. Dan dari 25 persen mahasiswa itu, sekitar 70 persen tidak mencari bantuan, karena dianggapnya cuma lelah biasa,” kata Deputi Bidang Rehabilitasi BNN itu.

Menurut pelaksana tugas Direktur Penguatan Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat (PLRKM) dr. Erniawati Lestari, Sp.Fk, penggunaan zat psikoaktif di kalangan remaja dan dewasa muda semakin dekat dengan realitas kehidupan mereka. “Secara global ada 316 juta jiwa pengguna narkoba dalam setahun terakhir, sekitar enam persen penduduk dunia. Di Indonesia, sekitar 3,3 juta jiwa atau 1,73 persen, dan mayoritas remaja hingga dewasa muda,” ungkapnya.

Iklan

Narkoba, kata Erniawati, tergolong sebagai zat psikoaktif yang langsung mempengaruhi sistem kerja otak. Efeknya bisa mengacaukan fungsi utama tubuh karena otak adalah pusat kendali segalanya. “Narkoba itu bahaya sekali, karena otak itu ibarat software dari tubuh kita, yang mengatur motorik, berpikir, hingga perasaan.”

Dalam penjelasannya, Erniawati menggambarkan bagaimana zat itu bekerja di tubuh manusia dengan memberikan sensasi nyaman yang semu, tapi sekaligus merusak keseimbangan alami otak. “Narkoba akan mengeluarkan seribu kali lebih banyak dopamin dibanding rasa nyaman yang secara normal kita rasakan. Itu yang bahaya karena bisa bikin ngehang, karena banjir dopamin. Sehingga akhirnya akan nagih terus dan efeknya overdosis,” kata dia.

Efek ketergantungan ini tak hanya menghancurkan tubuh, tapi juga cara seseorang berpikir dan mengambil keputusan. Banyak remaja menganggap narkoba hanya sebagai pelarian sesaat dari stres atau tekanan sosial, padahal dampaknya bisa menetap seumur hidup. “Makanya jangan pernah coba. Nggak ada satu orang pun yang berencana jadi pecandu, maka dari itu jangan pernah coba,” Erniawati menegaskan.

Dalam sesi ini, Co Founder & CEO Menjadi Manusia Rhaka Ghanisatria membagikan pengalamannya secara pribadi. Pada 2016, ia menghadapi masa sulit karena mengidap penyakit mental yang membuatnya mudah terdorong oleh impulsif. Dalam kondisi itu, Rhaka sempat terjerumus pada narkoba sebagai bentuk pelarian. Seiring waktu, ia belajar memperbaiki diri. “Yang pertama mengubah saya adalah berani keluar ketika tahu itu salah, bahkan jika harus meninggalkan teman-teman saya. Always choose yourself,” ujarnya.

Melalui platform Menjadi Manusia, Rhaka bercerita bagaimana pengalaman pribadinya mendorongnya untuk membantu orang lain agar tidak terjerumus ke jalan yang sama. Ia berbagi kisah nyata dan pembelajaran yang ia dapat, berharap teman-teman seusianya bisa menemukan cara menghadapi tekanan hidup tanpa harus merusak diri sendiri.(*)

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |