CANTIKA.COM, Jakarta - Rumah Batik Oey Soe Tjoen (OST) resmi berusia 100 tahun di tahun ini. Meski namanya jarang terdengar, batik Oey Soe Tjoen merupakan batik tulis halus tertua dan salah satu warisan budaya Indonesia.
Berdiri sejak tahun 1925 di Kedungwuni, Pekalongan, Batik Oey Soe Tjoen didirikan oleh pasangan suami istri Oey Soe Tjoen dan Kwee Tjoen Giok Nio. Salah satu ciri khas batik OST berbagai motif yang dipengaruhi budaya Jawa, peranakan Tionghoa, Eropa, Asia, dan Arab. Hal ini tidak lepas dari lokasi pesisir Jawa yang merupakan pusat perdagangan di masa lalu.
Kualitas tinggi menjadikan Batik Oey Soe Tjoen populer sebagai mas kawin oleh kalangan atas pada masa sebelum pendudukan Jepang. Batik OST kemudian menjelma menjadi karya seni bernilai tinggi yang dikoleksi museum di Amerika Serikat, Jerman, Belanda, Wina, Prancis, dan Jepang hingga masuk balai lelang internasional.
Pada awalnya, corak batik Oey Soe Tjoen terinspirasi oleh corak buketan dengan bunga khas Belanda. Corak batik OST kemudian beradaptasi dengan corak khas peranakan Tionghoa yaitu lotus, seruni dan anggrek. Pakem ini kemudian diturunkan kepada generasi kedua, Oey Kam Long (Muljadi Widjaja) dan Lie Tjien Nio (Istijanti Setiono) pada tahun 1976.
Pada tahun 2002, Rumah Batik Oey Soe Tjoen diwariskan kepada Oey Kiem Lian (Widianti Widjaja), yang saat itu minim pengetahuan dan pengalaman membatik. Melalui proses panjang dan keteguhan hati, Widianti mampu meneruskan Rumah batik Oey Soe Tjoen, mampu memperkaya motif klasik tanpa meninggalkan pakem yang digariskan sang pendiri.
Widianti Baru Belajar Membatik Tahun 2002
Widianti Widjaja, generasi ketiga Batik Oey Soe Tjoen. Foto: Dok. Pribadi
Dengan jujur dan berterus terang, Widianti mengisahkan bahwa semasa kecilnya ia tidak pernah membantu orang tuanya, Muljadi dan Istijanti, dalam membatik. Ketika sang ayah wafat, Widianti ditunjuk menjadi penerus batik Oey Soe Tjoen oleh keluarga Oey. Hal itulah yang mendorong ia belajar membatik untuk mempertahankan kualitas batik Oey Soe Tjoen. Baru di tahun 2006, ia mahir membatik.
"Itu (tahun 2002) papa udah ga ada (meninggal). Jadi, bagian papa, saya belajar dari pembatik. Catatan ada, tulisan tangan semuanya, kita ga ngerti warna merah yang dimaksud seperti apa," ujar perempuan lulusan accounting itu di Jakarta Selatan, 16 Juli 2025.
Ia juga mengatakan dengan membatik adalah salah satu cara membalas budi kepada orang tua.
"Dan, mama tidak bisa membatik jika tidak ada yang mewarnai. Jadi, saya mengambil bagian papa, yaitu pewarnaan. Saya mempelajari pewarnaan. Dan, komitmen saya adalah Batik Oey Soe Tjoen jangan sampai hancur di tangan aku. Boleh berhenti, tapi tidak hancur. Kalau hancur, berarti saya merusak. Tapi kalau berhenti karena takdir, seperti tidak ada yang meneruskan, tidak ada pembatik, dan saya menyatakan Batik Oey Soe Tjoen," kata ibu dua putra itu.
Widianti sempat mengalami sakit punggung di tahun 2018. Ia rehat selama setahun. Baru di tahun 2019, Widianti aktif kembali membatik. Meski dibantu belasan pembatik, Widianti yang berperan dalam pewarnaan dan finishing setiap Batik Oey Soe Tjoen.
Koleksi Batik Oey Soe Tjoen. Foto: CANTIKA/Silvy Riana Putri
Butuh Waktu Pengerjaan Tiga Tahun
Keunikan Batik Oey Soe Tjoen yang masih dipegang teguh Widianti terletak pada teknik pembuatan yang ditulis di dua sisi kain, corak yang kaya nilai budaya dan sejarah, komposisi gradasi warna rumit, dan tanda tangan khas Oey Soe Tjoen. Upaya mencapai kesempurnaan batik OST dihasilkan melalui proses pengerjaan yang memakan waktu rata-rata tiga tahun untuk setiap helai kain batik.
Jika kamu tertarik membeli Batik Oey Soe Tjoen, perlu sangat bersabar masuk dalam antrean pesanan. Yes, kamu gak salah baca. Saat ini, ada 100 lebih orang mengantre dalam daftar tersebut sejak 2020. Bilamana kamu tidak jadi membeli saat pesanan kamu selesai, Widianti akan menawarkan ke antrean selanjutnya.
Pameran Batik Oey Soe Tjoen
Sebagai bagian dari rangkaian 100 tahun, Rumah Batik Oey Soe Tjoen akan menggelar pameran bertajuk "Keteguhan Hati Merawat Warisan" di Galeri Emiria Soenassa, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 25 Juli - 3 Agustus 2025.
Di pameran tersebut, kita akan dibawa ke lorong waktu perjalanan Batik Oey Soe Tjoen tiga generasi. Pengunjung juga bisa melihat langsung lebih dari 90 lembar kain batik termasuk selendang batik animasi BTS, wayang, dan kartun Tintin. Pameran ini gratis untuk umum.
Pilihan Editor: Gaya Anggun C. Sasmi Berbalut Tuksedo Batik Parang Karya Didit Hediprasetyo
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika