Hilang 2 Hari di Lembah Tengkorak, Ayah dan Anak Ditemukan Selamat

2 hours ago 1

Bandung, CNN Indonesia --

Setelah dua hari dinyatakan hilang kontak, dua pendaki asal Bandung, Deden Yudi (42) dan anaknya Zaizafan Dhiya (19), akhirnya ditemukan selamat oleh tim SAR gabungan di kawasan lembahan utara Gunung Sanggara, jalur pendakian Gunung Bukittunggul, Lembah Tengkorak, Lembang, Kabupaten Bandung.

Dua pendaki hilang itu ditemukan pada Jumat (17/10) sekitar pukul 11.30 WIB. Anggota Wanadri, Taufik Safrudin, yang terlibat dalam operasi pencarian, mengatakan kedua pendaki ditemukan dalam kondisi lemas akibat dehidrasi dan kekurangan asupan makanan setelah dua malam bertahan di dalam hutan.

"Tadi ditemukannya di lembahan, kondisinya Alhamdulillah selamat. Hanya lemas saja karena mungkin dehidrasi dan kurang makan. Mereka sudah dua malam di daerah sana," kata Taufik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, lokasi penemuan cukup sulit dijangkau, berada di lembahan dengan vegetasi rapat di sisi utara puncak Gunung Sanggara. Tim SAR sempat melakukan pencarian intensif dengan metode teriak panggilan hingga akhirnya mendapat respons lemah dari salah satu korban.

"Kita coba panggil nama mereka, ada yang nyaut meski samar-samar. Setelah didekati, ternyata keduanya dalam keadaan sadar," ujar Taufik.

Kedua pendaki tersebut diketahui hanya membawa perbekalan untuk perjalanan pendek (naik-turun dalam satu hari). Namun, karena tersesat dan kemalaman di jalur yang vegetasinya rapat, mereka kehabisan air dan makanan.

"Mereka tidak bawa perlengkapan banyak, hanya perbekalan untuk perjalanan satu hari. Semua sudah habis, termasuk air minum," jelas Taufik.

Meski secara fisik lemah, keduanya ditemukan dalam keadaan sehat dan tanpa luka serius. Taufik menyebut semangat hidup mereka sangat tinggi.

"Secara fisik sehat, sudah kita cek juga aman. Hanya dehidrasi saja. Saya salut dengan semangat hidup mereka yang tinggi," katanya.

Zaizafan, pendaki perempuan berusia 19 tahun, sempat menangis sesaat setelah ditemukan. Namun Taufik menegaskan tangisannya bukan karena tekanan mental, melainkan rasa haru dan kelegaan setelah dua hari bertahan di tengah hutan.

"Kalau tadi menangis mungkin karena terharu. Secara psikologis juga stabil, hanya kelelahan dan kaget saja," ujarnya.

Perjalanan menuju lokasi penemuan cukup jauh dan menantang. Dari titik terakhir kendaraan di batas vegetasi, tim masih harus menempuh jalur mendaki sejauh dua setengah jam melewati puncak Gunung Sanggara untuk mencapai lokasi korban.

Taufik menambahkan, dari hasil penelusuran, kemungkinan besar kedua pendaki tersesat karena kelelahan dan kemalaman.

"Kemungkinan mereka kelelahan, lalu kemalaman. Jalur juga sudah tidak jelas karena vegetasi rapat. Akhirnya mereka bingung mencari jalan pulang," katanya.

Ia mengimbau para pendaki agar selalu memperhatikan kondisi fisik, cuaca, serta membawa perlengkapan yang memadai saat mendaki, terutama di jalur-jalur yang jarang dilalui.

"Saya selalu wanti-wanti, kalau gunungnya tinggi dan jalurnya berat, pastikan persiapan cukup dan jangan memaksakan diri. Keselamatan tetap yang utama," tutupnya.

Sebelumnya, menurut keterangan Kang Jhon, petugas di basecamp Lembah Tengkorak, kedua survivor tersebut tercatat mendaftar pendakian pada Rabu (15/10) pagi.

Sejak hari itu, keduanya tidak pernah kembali ke basecamp dan hilang kontak dengan pihak keluarga maupun petugas. Tim SAR gabungan pun dikerahkan untuk mencari survivor.

(csr/wis)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |